Dor!
28 May 2016 View : 1665 By : Aya Murning
Mendung menyelimuti wajah sendu
Tetes demi tetes bercampur asa suram
Ia tak ingat pipinya basah karena hujan
Ataukah itu linangan dari rasa pilu
Ia tak tahu
Belasan tahun bertahan menarik diri
Sayang disayang karena hatinya duluan mati
Riak gemercik suara air di loteng meredam gemuruh di dada
Kini hanya kepulan asap putih meliuk menari dari bibir birunya
Ia benci keadaan
Monster gila pernah menyelinap menerkam badan
Berdua bergelimpang saat ditinggal ibunda tersayang
Tak kuasa dirinya melawan pergumulan liar dalam kamar
Hanya satu yang ingin ia lantangkan, "bunuh saja aku"
Tapi tak bisa
Rintih sesenggukan memutus pita suara
Telapak kotor itu membungkam bibir serta wajah
Pasrah menunggu si gila memenuhi gelegak nafsu
Ia cuma bisa membatu
Demi bunda, ia membisu
Demi tawa bunda, ia rela disayat sembilu
Demi bahagianya bunda, ia tetap tertawa
Demi senyum bunda, ia pura-pura bahagia
Ia pandai bersandiwara
Tak sanggup deraan fisik dan batin makin bercokol di liangnya
Monster biadab itu telah merobek-robek mahkotanya tanpa ampun
Telunjuknya mulai gatal ingin menarik pelatuk
Dhuuaaarrr!
Denting peluru menggelinding menyusuri lantai keramik
Tebak saja siapa yang terkapar
Monster gila atau dirinya?
Palembang, 7 Mei 2016
12.55 WIB
© Aya Murning

Aya adalah seorang gadis dengan rasa nasionalisme yang hobi membaca berbagai macam buku, khususnya novel.
Profil Selengkapnya >>