Dimas-Lissa: Pudarkan Kapitalisasi Pendidikan Lewat Sekolah Gratis Ngelmu Pring

29 Aug 2015    View : 5360    By : Nadia Sabila


Dimas Iqbal Romadhon, atau yang akrab dipanggil Dimas, dan istrinya, Tunggul Puji Lestari yang akrab dipanggil Lissa, adalah figur muda pendiri sekolah alam nonformal gratis yang diberi nama Ngelmu Pring. Pasangan suami istri tersebut mendirikan sekolah gratis Ngelmu Pring dengan fokus ke pelajaran bahasa asing yang dapat diikuti oleh semua kalangan, tanpa dikenakan biaya sepeser pun.

ngelmu_pring

Berlokasi di Jalan Patimura III, Desa Temas, Kota Batu, Jawa Timur, Ngelmu Pring didirikan pada bulan Februari tahun 2013 memanfaatkan lahan kosong milik orangtua Lissa dan masih beroperasi hingga saat artikel ini ditulis. Belajar mengajar di Ngelmu Pring dilakukan setiap akhir pekan saja, yakni hari Minggu pagi pukul 09.00. Gedung sekolah Ngelmu Pring sendiri wujudnya adalah sebuah padepokan mungil 300 meter persegi di bibir tebing hulu anak sungai Brantas di kota Batu. Jadi, para murid belajar secara lesehan di dalam padepokan tersebut.
 

 

 

Q&A with CEO Ngelmu Pring

Tentu kita akan bertanya-tanya, lalu dari mana biaya operasionalnya? Siapa saja pengajarnya? Mengapa Ngelmu Pring? Dan berbagai pertanyaan lainnya, bisa kita simak dalam wawancara langsung melalui telepon antara Artebia dengan pendirinya. Karena saat Dimas saat itu sedang ada kesibukan penting, akhirnya Artebia hanya melakukan wawancara dengan Lissa saja.

dimas_lissa_ngelmu_pringLissa-Dimas.

Artebia
= (A)
Lissa

= (L)


A: Apa latar belakang didirikannya Ngelmu Pring?

L: Ide awalnya sih dari Dimas. Latar belakangnya karena Batu adalah sebuah kota pariwisita yang sudah tak asing lagi dan bahkan terus berkembang di Indonesia, khsususnya di Jawa Timur. Yang namanya kota pariwisata, tentu akan banyak kedatangan turis termasuk turis asing.

Sayangnya, masyarakat lokal Batu, utamanya kalangan menengah ke bawah, tampaknya belum begitu siap menghadapi "gempuran" turis-turis ini, khususnya dari bidang bahasa sebagai alat komunikasi yang paling krusial. Padahal, ada banyak keuntungan dari segi ekonomi yang bisa mereka dapatkan jika mereka bisa berbahasa Inggris, serta diimbangi dengan pendidikan karakter. Dari sinilah, Ngelmu Pring didirikan dengan fokus bahasa asing, untuk mencapai tujuan tersebut.

Kalau dari pengalaman pribadi, sekolah ini didirikan karena Dimas kurang setuju dengan kewajiban membayar dalam mengikuti kursus. Dimas bahkan pernah disuruh pulang lantaran belum membayar kurusus. Pendidikan, menurut Dimas, tidak seharusnya dikapitalisasi. Dari itu, Dimas pun menggagas sekolah Ngelmu Pring ini, dimana biayanya cuma-cuma.

 

A: Mengapa diberi nama "Ngelmu Pring"? Maknanya apa?

L: Sebenarnya sih lebih karena sekolahnya dibangun di bawah pohon pring (baca: bambu, jawa), hehehe! Tapi kalau makna secara filosofinya, ngelmu artinya menuntut ilmu. Sedangkan pring artinya bambu.

ngelmu_pringSekolah Ngelmu Pring mengadaptasi manfaat yang dimiliki oleh pohon bambu, seperti dijadikan bahan bangunan hingga makanan. Pohon bambu hampir tidak pernah jauh dari kehidupan manusia. Dan agar bisa dimanfaatkan, bambu tersebut akan lebih optimal jika diolah dahulu, nah di sinilah analogi kata "Ngelmu" masuk.

 

A: Ngelmu Pring ini kan sekolah gratis nih. Nah, darimana sumber dana operasional sekolah didapat? Apakah pernah menarik sumbangan?

L: Dana operasional sekolah murni kami dapatkan dari para donatur. Tapi mungkin inilah berkah dari sebuah ketulusan, ada saja dana yang masuk, entah dari saya atau Dimas sendiri, patungan dengan pengajar, dari masyarakat sekitar yang sukarela memberikan sumbangan, dan dari berbagai sumber, sih ya.

Dimas juga pernah mengajukan proposal ke pemkot Batu melalui, tapi belum mendapat respons. Yah, yang penting halal dan yang jelas, tidak pernah mewajibkan siswa untuk membayar.


A: Latar belakang siswa Ngelmu Pring sendiri ini dari kalangan yang seperti apa? Dan jumlah siswanya berapa?

L: 70% siswa Ngelmu Pring ini berasal dari keluarga tidak mampu baik dari desa tempat Ngelmu Pring berlokasi, maupun dari luar desa. 30% sisanya adalah keluarga mampu yang memang ingin belajar. Total siswa hingga saat ini (April 2015) kurang lebih sudah 100 orang, tapi yang menghadiri kelas biasanya gantian, kadang 40 sampai 50 siswa yang hadir per pertemuan.


A: Wah, banyak juga ya! Lalu, bagaimana mekanisme penyusunan kurikulum dan manajemen tenaga pengajar?

L: Kurikulum disusun bersama yang dirapatkan tiap awal bulan oleh tim akademik Ngelmu Pring yang terdiri dari pengurus, termasuk saya dan Dimas sebagai penanggungjawab, juga para pengajar. Konsep pembekalan belajar di sini adalah learning by doing. Pengajar ini adalah para guru sukarela yang hampir semuanya adalah mahasiswa, khususnya jurusan bahasa, dari berbagai universitas di Malang, ada yang dari UM, UB, dan UMM. Yang diajarkan nanti adalah Bahasa Inggris, Jepang, Mandarin, Prancis, dan bahasa-bahasa asing lainnya.

Metode pembelajaran di Ngelmu Pring ini adalah tematik, dengan materi pelajaran yang memakai pendekatan satu hari selesai. Metode pembelajaran tematik dan satu hari selesai ini tujuannya agar siswa tidak perlu dibebani dengan pekerjaan rumah dan tidak ada ceritanya siswa ketinggalan pelajaran. Jika tidak masuk, mereka mungkin hanya akan ketinggalan cerita saja.

lissa_ngelmu_pringLissa saat mengajar di Ngelmu Pring

Kelasnya pun juga kami bagi menjadi kelas kecil dan kelas besar. Kelas kecil terdiri dari siswa usia SD dengan fokus pembelajaran di pembentukan karakter. Sedangkan kelas besar terdiri dari usia 17-30 tahun dengan fokus pembelajaran pembekalan sebagai pemandu wisata, bahasa asing terapan, dan bahasa Inggris untuk profesional.

 

A: Kesulitan yang biasa ditemui di kelas kecil dan kelas besar masing-masing seperti apa?

L: Yang jelas sih sifat-sifat sesuai usia sih ya. Tapi sekarang, kelas besar sudah tidak ikut di Ngelmu Pring lagi. Mereka kami pisahkan dari kelas kecil dan nama kelompok belajar kelas besar ini adalah Akademi Bangsaku. Meski sudah punya pendekatan dan kurikulum yang beda dengan Ngelmu Pring, saya dan Dimas tetap sebagai penanggung jawab di Akademi Bangsaku.

 

A: Ada siswa atau cerita yang unik tidak selama Ngelmu Pring ini berjalan?

L: Ada, banyak sebenarnya. Seperti waktu di Kelas Kecil ada siswa laki-laki kelas nol besar, sebut saja namanya Raka. Ia menderita tumor otak tapi ibunya bekerja di Hongkong sebagai TKW. Jadi, bisa dibilang, Raka ini nakal, suka cari perhatian, mungkin karena di rumah tidak mendapat mendapat perhatian orang tuanya. Pernah suatu hari Raka tidak mau masuk ke kelas entah apa sebabnya. Dia lebih memilih menunggu di depan kelas sambil membentur-benturkan kepalanya ke tembok.

Ada juga anak tukang sayur yang rela menempuh jalur Cangar ke Batu cuma untuk ikut sekolah di Ngelmu Pring (jarak tempuh Cangar ke Batu tempat Sekolah Ngelmu Pring adalah sekitar 1-2 jam dengan jalur yang berkelok-kelok naik turun gunung). Ketika ditanya kenapa mau jauh-jauh ke Ngelmu Pring, orangtuanya bilang karena mereka tidak punya banyak uang, tapi mereka punya waktu dan waktu itu sebaiknya digunakan untuk menuntut ilmu.

Biaya nol rupiah yang diterapkan oleh Ngelmu Pring sesuai dengan mereka. Si anak ini masih kelas 4 SD, kadang ia memberi kami sayur-sayuran hasil panen orangtuanya. Yah, namanya juga orang ya, macam-macam lah karakternya, dan saya senang bisa merasakan ini semua.

suasana_belajar_mengajar_di_ngelmu_pringSiswa Ngelmu Pring Kelas Kecil, photo by: klear.com

A: Terakhir nih, apa harapan Sekolah Ngelmu Pring ini ke depannya?

L: Dimas dan saya berharap sekolah dengan model seperti ini bisa semakin banyak diteladani. Kami sendiri juga sudah menyusun rencana untuk melakukan ekspansi sekolah gratis dengan program KAIF dan LAIS, yakni program untuk diterapkan pada sekolah atau Taman Baca di Malang Raya dan desa-desa terpencil lainnya.

Kami juga sudah berniat untuk membantu mengajar di sebuah sekolah terpencil di daerah perbatasan Malang-Lumajang, yang mana sekolah itu hanya punya 1 guru, semoga bisa terwujud dalam waktu dekat. 

Harapan umum kami ya supaya bisa membantu memfasilitasi orang-orang kurang mampu yang mempunyai niat menuntut ilmu yang bisa mereka pergunakan nantinya untuk membangun desa. Dimas juga sempat diundang untuk menghadiri sebuah konferensi di Filipina pada akhir tahun 2014 lalu sebagai pembicara. Dari situ, kami juga berharap dapat menggalang lebih banyak donasi untuk sekolah ini.

Baca juga: Air Terjun Tumpak Sewu Lewat Goa Tetes Lumajang


 

Profil Pendiri Sekolah Ngelmu Pring

Dimas

dimas_iqbalPria bernama lengkap Dimas Iqbal Romadhon ini berasal dari Madura. Ia lahir di Bangkalan, 18 April 1989. Sejak duduk di bangku kuliah yakni di jurusan Sastra Inggris Universitas Brawijaya Malang konsentrasi literatur, Dimas sudah dikenal sangat aktif berorganisasi dan gemar berwirausaha, serta pernah menjadi Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIB UB tahun 2009-2010. Dimas juga menjadi ketua di koperasi Batu dan berjualan kripik sayur.

Ayah muda ini kini masih aktif berprofesi sebagai dosen di Universitas Kanjuruhan sembari menempuh program Magister Pendidikan Bahasa Inggris. Berikut ini adalah jabatan dan profesi yang disandang oleh Dimas:
– Kepala Lembaga Inkubator Bisnis Universitas Islam Raden Rahmat
– Dosen luar biasa Universitas Muhammadiyah Malang
– Ketua BKPK Dekopindo Kota Batu
– Direktur CV Jaya Mandiri Kota Batu
– Sekarang sedang mengikuti Program S-2 Pendidikan Bahasa Inggris



Lissa

lissa_tunggulWanita bernama lengkap Tunggul Puji Lestari Lissa Adam ini lahir di Malang, 9 Oktober 1988 dan besar di Batu. Sejak kuliah di jurusan yang sama dengan Dimas tapi di konsentrasi linguistik, Lissa juga aktif di berbagai kepanitiaan termasuk menjadi Sekretaris BEM FIB UB 2009-2010.

Lissa menikah dengan Dimas pada tahun 2011 dan akan dikaruniai anak kedua tahun 2015 ini. Di tengah kesibukannya sebagai pengajar di Ngelmu Pring dan sebagai istri sekaligus ibu tentunya, Lissa juga sedang menggarap tesis untuk meraih gelar S-2 di UM.

 

 

Sekolah Ngelmu Pring

ngelmu_pring

Alamat: Jalan Patimura III/05 Temas – Kota Batu, Jawa Timur.
Twitter: @ngelmupring

Nah, jika Artebianz mempunyai kenalan atau kerabat dekat yang ingin sekolah bahasa gratis, bisa lho bergabung di sekolah alam Ngelmu Pring ini. Atau, jika Artebianz sendiri ingin prakek Kuliah Kerja Nyata dengan mengajar, sekolah Ngelmu Pring masih membuka lowongan pengajar suka rela.

siswa_ngelm_pringPengajar muda Ngelmu Pring dan siswa-siswa

Jangan pernah ragu untuk mencontoh suatu kebaikan, termasuk mencontoh hal inspiratif yang diteladankan oleh Dimas dan Lissa untuk Ngelmu Pring ya, Artebianz!

Baca juga: Widyoseno Estitoyo Pebisnis Muda, Aktivis Sosial, Dan Pekerja Seni

 




Nadia Sabila

Nadia Sabila adalah seorang jurnalis yang menggandrungi travelling dan makanan pedas.

Profil Selengkapnya >>

Figur Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Generasi Global dalam Industri Pertelevisian: Menelisik Makna di Balik


Bicara Tentang Orizuka - Menulis Adalah Passion, Bukan Occupation


Mari Lari - Sebuah Cerita tentang Tekad Hati Lewat Langkah Kaki


Seven Something: Saat Cinta Berubah Setiap 7 Tahun


Anti-Hero - Menjadi Pahlawan dengan Tidak Menjadi Pahlawan


Baegopa Malang - Ada Harga Ada Rasa


Milk Kingdom - Humble Place to Cast Away Your Boredom


Taman Nasional Baluran - Afrika-nya Indonesia


Literasi Desember: Literaturia, Budaya Berpikir Kritis, dan Literasi Media (Bag. 1)


My Toilet Prince - Pintu Pertama


Tiga Puluh Tahunan (Part 2 - End)


Hujan Sepasar Kata