Goyang Kaki Dan Goyang Lidah Di Lontong Kikil Bu Dahlia

10 May 2016    View : 6138    By : Niratisaya


Asia terkenal dengan berbagai masakannya yang unik dan selalu detail saat memanfaatkan hewan yang akan dimasaknya. Kalau Artebianz jeli, cuma negara-negara di Asia saja yang punya kuliner dari olahan kaki ayam alias ceker, serta gulai atau kari dengan bahan dari pipi—bahkan mulut ikan.

Konon, ini karena situasi pada zaman dulu yang mendorong penduduk Asia (yang kebanyakan merupakan warga dari negara-negara jajahan) yang miskin untuk berinovasi—menemukan berbagai olahan yang mampu membuat mereka bertahan hidup dari waktu ke waktu.

Salah satu masakan itu adalah kikil.

Kalau Korea punya galbitang, alias sup tulang sapi, Indonesia punya (sup) kikil sapi yang biasa dihidangkan dengan potongan kasar daun bawang, sambal, dan lontong. Hence, nama lontong kikil sapi selalu melekat di jenis kuliner yang merupakan masakan khas Jawa Timur ini. Nama itu pula yang mengantarkan saya ke salah satu sudut jalan nggak jauh dari rumah saya. Ke sebuah salah satu sudut Jalan Waringin, tempat Warung Lontong Kikil Ibu Dahlia berlokasi.

 

 

Lontong Kikil Ibu Dahlia Dan Goyangan Lidah

Malam itu angin bertiup dan menyebarkan udara dingin. Saya yang baru saja pulang dari perjalanan ke kota tetangga, membayangkan betapa nikmatnya kalau malam itu saya menikmati sebuah sup kental dengan bumbu dan ekstra pedas. Pikiran saya pun tertuju pada Warung Lontong Kikil Ibu Dahlia yang baru buka sekitar dua bulan ini. Tepatnya, warung ini buka pada tanggal 25 Maret.

Seperti Mi Ayam Ala Pak Kumis, alasan saya memilih warung itu adalah fakta bahwa tempat itu hanya menyediakan satu jenis makanan. Dengan begitu, saya membayangkan owner warung ini (Mas Wicak dan Mbak Silia—menantu dan anak Ibu Dahlia) akan benar-benar berkonsentrasi kepada kualitas kikil yang disajikannya.
Hanya dengan Rp20.000,- saya mendapatkan satu porsi lontong kikil plus sum-sum dan beberaoa potong lontong.

Seporsi Kikil

Kalau soal rasa, menurut saya lontong kikil ala Ibu Dahlia memiliki takaran taste yang pas untuk masyarakat secara umum. Mereka yang nggak terlalu suka bumbu kental, bisa banget mencicipi lontong kikil warga Surabaya Selatan ini. Pasalnya, meski lidah saya bisa mencecap jejak bumbu dan rempah yang digunakan, saya nggak terlalu dibuat 'mabuk' atau eneg dengan takaran bumbu.

Namun, bukan berarti bumbu Lontong Kikil Ibu Dahlia enteng, karena lidah saya tergugah oleh olahan daun jeruk, kemiri, daun bawang, dan bumbu lainnya.
Sayangnya, impian saya untuk merasakan masakan berkuah yang pedas nggak kesampaian. Walau saya sudah diberi dua porsi sambal, tapi saya nggak dibuat gobyos dan kepedasan. I was fine during my journey to finish a bowl lontong kikil soup. No sweat, no regret Laughing

Selain saya, ada juga pelanggan Lontong Kikil Ibu Dahlia yang sebenarnya tinggal Jakarta dan sedang berlibur ke Surabaya mengunjungi keluarganya. Memiliki suami seorang pemain sepak bola membuat pelanggan tersebut terbiasa dengan acara icip-icip kikil. Saat saya bertanya tentang pendapat  pelanggan tersebut, menurutnya Lontong Kikil Ibu Dahlia “Lumayan. Udah ngena banget.”

Meski kuah dan olahan kikil Warung Lontong Kikil Ibu Dahlia ini sudah diakui kelezatannya, tapi sampai sekarang Mas Wicak tetap berusaha untuk berinovasi menemukan cara agar bisa menghilangkan aroma sapi, tanpa merusak cita rasa kikil yg dipelajarinya dari Ibu Dahlia—mertua Mas Wicak.

Last Portions

Saya serta pelanggan tersebut dan keluarganya adalah beberapa pelanggan yang beruntung malam itu, karena kami mendapatkan porsi terakhir. Padahal, saat itu belum pukul 19.00, Artebianz. Yang artinya, baru sekitar 4-5 jam warung Lontong Kikil Ibu Dahlia ini buka. Biasanya, warung lontong kikil ini buka sekitar pukul 14.00 atau 15.00. Jadi, buat Artebianz yang pengin mencicipi kikil khas Surabaya di Warung Lontong Kikil Ibu Dahlia, jangan mengandalkan jam buka. Kalau perlu telepon warung ini dan pesan duluan!

Pasalnya, warung yang sedang merintis usahanya ini juga melayani pemesanan via telepon dan WhatsApp.

Baca juga: Depot Gresik

 

 

Warung Lontong Kikil Ibu Dahlia Dan Semangat Entrepreneurship

Meski sering mendapatkan pesanan dari pelanggan yang nggak makan di tempat, tapi bukan berarti Warung Lontong Kikil Ibu Dahlia yang dirintis oleh pasangan Mas Wicak dan Mbak Silia ini selalu ramai.

“Kadang, sehari bisa saja hanya laku 8 porsi,” kata Mas Wicak ketika saya menanyakan tentang omzet. “Tapi namanya juga bisnis, pasti ada naik-turunnya. Menurut saya, kalau hari ini sepi, besok pasti ramai.”

Pernah satu kali Mas Wicak mendapatkan omzet Rp900.000,- dalam sehari karena banyaknya pesanan dari pelanggan-pelanggannya yang ingin menikmati lontong kikil di rumah/kantor mereka. Yang rata-rata justru nggak berada di wilayah Surabaya Selatan.

Sumsum dan Kikil

“Semua ini sudah wajar dan lebih baik positive thinking saja,” ujar pria yang murah senyum itu.

Ucapan Mas Wicak ini didukung oleh istrinya, Mbak Silia yang mengatakan kalau dalam sehari, lontong kikil mereka rata-rata laku 20-30 porsi. Atau menghabiskan 2 kikil (kaki) sapi. Mereka pun nggak pernah putus asa menghadapi naik-turunnya penjualan lontong kikil.

Usut punya usut, berdirinya Warung Lontong Kikil Ibu Dahlia ini atas inisiatif Mas Wicak yang mencicipi masakan Bu Dahlia. Secara langsung, Bu Dahlia belum pernah berjualan kikil. Dia hanya melayani katering untuk pernikahan atau acara. Ketika Mas Wicak mencicipi masakan Bu Dahlia, dia menyarankan Bu Dahlia untuk menjual lontong kikil.

“Ibu takut nggak ada yang beli, karena itu awalnya Ibu menolak usulan saya,” kata Mas Wicak. Namun, Mas Wicak ‘menantang’ Bu Dahlia untuk mendirikan usaha kulinernya dengan berjanji menangani langsung lontong kikil.

Seminggu belajar habis-habisan dari mertuanya, Mas Wicak akhirnya sudah bisa memasak sendiri dengan kualitas masakan serupa dengan hasil racikan Bu Dahlia. Kini, Bu Dahlia hanya bertanggung jawab membuat lontong.

Keberanian Mas Wicak ini bermula dari pengalamannya berwisata kuliner, sehingga dia mampu merasakan dan membedakan masakan yang enak dan layak jual, dengan masakan yang cukup dinikmati di rumah—pas kepepet Tongue Out

Baca juga: Warung Wulan - Resto All You Can Eat Murah Meriah

 

 

Lontong Kikil Dan Kejelian Terhadap Sekitar

Bagi saya kenikmatan sebuah makanan bukan tentang di mana kita menikmati sebuah masakan, tapi tentang bagaimana masakan itu kita rasakan lewat indra pencecap dan hati kita. Sebab, makanan kini bukan hanya tentang mengganjal perut, tapi juga tentang alat yang mendukung aktivitas kita.

Pelanggan Lontong Kikil Ibu Dahlia

Misalnya seperti kikil yang dapat menjadi obat bagi tubuh kita. Kikil dikatakan bermanfaat untuk pertumbuhan sel-sel tubuh—bahkan konon, mengkonsumsi kikil juga bisa menghitamkan kembali rambut kita, Artebianz. Ini bisa jadi karena kikil mengandunng protein hewani dan kaya akan kalsium.

Namun, tentu saja, seperti semua hal yang ada di dunia ini, setiap hal memiliki sisi negatif. Artebianz yang orangtua atau kenalannya terkena masalah asam urat, sebaiknya jangan berlebihan dalam saat mengonsumsi kikil. Sebab, kandungan purin dalam kikil cukup tinggi. Kita bisa menyantap apa pun yang kita inginkan, tapi selalu ingat untuk nggak berlebihan, okay? Wink

Malam itu, selain bisa mencicipi lontong kikil yang lekker, saya juga mendapatkan ilmu kehidupan dari percakapan singkat saya dengan kedua owner Warung Lontong Kikil Ibu Dahlia ini.

Pelanggan Lontong Kikil Ibu Dahlia

Sikap tanggap dan jeli Mas Wicak dalam berbisnis bisa kita tiru, Artebianz. Terutama dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) yang menghapus segala batas yang memberi jarak antara satu negara/wilayah. Mas Wicak misalnya. Dia suka berwisata kuliner, dia pun menggunakan hobinya tersebut untuk membaca situasi dan memanfaatkan peluang berbisnis. Artinya kita harus bisa mengenali diri, tanggap terhadap sekitar, dan tangkas dalam bertindak sehingga bisa memanfaatkan peluang sekecil apa pun yang ada dalam hidup. Bisa jadi hal-hal kecil dan kita anggap kuno bisa menjadi peluang bisnis bagi kita.

Mari, buka mata, pertajam indra perasa dan pencecap kita, agar bukan hanya perut kita yang terisi, Artebianz. Namun juga hati dan pikiran kita.

 

Alamat  Jalan Waringin, Surabaya
Jam operasi

 setiap hari mulai pukul 15.00=22.00

Telepon

 +62 813 3397 9988/ +62 882 1722 3949

 

 

Rating Warung Lontong Kikil Ibu Dahlia

Rating makan

 

 

 

Your fellow foodie,
N

 


Tag :


Niratisaya

Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.

Profil Selengkapnya >>

Makan Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Ayah Dan Hari Ayah


Prisca Primasari - Menulis Adalah Memberi Kado Pada Diri Sendiri


Memahami Esensi Bersyukur dalam Tuhan, Maaf, Kami Belum Bersyukur


5-ji Kara 9-ji Made - Apa Jadinya Kalau Biksu Jatuh Cinta Pada Guru?


Happy - Mocca Band (Dinyanyikan Ulang Oleh Aldin)


Rujak Cingur Ala Bu Dah


Kopi Luwak - Nongkrong Aman Sambil Berbagi Kopi dan Gelak


Peneleh, Daerah Penuh Pesona dan Sejarah: Peneleh Gang VII


Basha Market Chapter 2 - Merayakan Kreatifitas Lokal


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Pertama)


Kisah Tentang Himawari


Sunyi yang Tak Dicari