(K)Aku

24 May 2016    View : 4075    By : Fitra Aulianty


Aku ingin mengarungi waktu dalam jalanan teratur, enggan percaya pada jurang terjal

Memilih menutup mata sembari menghalau bayang akan bentur menyeret menjatuhkan langkah

Takut kulit tergores bebatuan pun tanah mengotori baju

Aku terdiam dalam sebuah gubuk, sejenak terhenti dari giat tak pasti

Memastikan arah manakala sesat tiba, tak pernah ingin terjebak dalam putaran palsu

Menunggu satu hal, sebuah kepastian yang mungkin datangkan cahaya

Sinari sebuah lorong beku, membawa kehangatan pada tempat sepi yang kujelajahi

 

puisi tentang perjalanan diri

 

Aku pernah enggan memalingkan wajah

Segala pandang menatap, memedihkan mata manakala hati berkata mereka selalu mengusik

Membuat ragu pada hati yang selalu memilih untuk tak percaya

 

Aku ialah sebuah angan lepas di biru angkasa

Pastikan arungi waktu tiadalah berdosa, menjelajahi dunia ialah mimpi yang mungkin nyata,

aliran ilmu mestinya tak diam saja

Ia ada dalam sebuah titik hitam, inginkan siapa pun membongkar nyawa,
mengosongkan alam kebimbangan

 

Aku mungkin adalah engkau.

Bertanya: jika jawaban tak ada, bisakah kujawab sendiri?

 

 

Pekanbaru, 1 Mei 2016




Fitra Aulianty

Fitra Aulianty adalah perempuan kelahiran tahun 1996 yang sering galau karena gagas menulis kisah romantis yang manis.

Profil Selengkapnya >>

Puisi Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Generasi Global dalam Industri Pertelevisian: Menelisik Makna di Balik


Tentang Kamu - Kisah Tentang Kesabaran Seorang Perempuan


Penelusuran dan Napak Tilas Reruntuhan Situs Candi Pendharmaan Ken Angrok di Kabupaten Malang (Bagian 2)


Thirteen Terrors: Kisah Menyeramkan di Setiap Sekolah


Dimas-Lissa: Pudarkan Kapitalisasi Pendidikan Lewat Sekolah Gratis Ngelmu Pring


Happy Squid Dan MatchaPekoe: Kuliner Unik Ala Bazar Tematik


my Kopi-O! Salah Satu Spot Nongkrong dan Ngobrol Asyik


Kabut Rindu


Kataji - Awal Mula Saya Terpikat pada Yura


Literasi Februari: GRI Regional Surabaya, Gol A Gong, dan Tias Tatanka


Kepada Yang Terkasih


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Kedua)