Pantai Konang: Pesona Di Balik Gunung Trenggalek

04 Aug 2014    View : 17561    By : Nadia Sabila


Halo Artebianz!

Kali ini, tim pelesir Artebia akan menceritakan petualangannya menelusuri salah satu kota di Jawa Timur, yaitu Trenggalek. Jadi ceritanya, Tim Artebia sedang sumpek karena berbagai rutinitas dan problema kehidupan. Alhasil, Artebia membuat perjalanan backpacking untuk mendaki gunung nan terjal, hutan yang lebat, serta jalan-jalan berliku.

Berlebihan? Mungkin iya jika Artebianz hanya mendengarnya, tapi jika sudah menjalaninya... waw!

Jangan lupa cerita ke Artebia, ya! Hihihi!

 

 

Menuju Trenggalek

Perjalanan dimulai dengan bermotor dari Surabaya menuju Kabupaten Trenggalek.

Bermotor? Iya sodara-sodara!

Perjalanan yang ditempuh sekitar 6-7 jam. Jadi kondisi kesehatan harus benar-benar fit! Siapkan pantat sesiaga mungkin karena bagi yang tidak biasa melakukan perjalanan jauh dengan motor hal ini akan sangat melelahkan.

Eh, tapi kenapa motor? Tidak ada alternatif lain? Ada. Artebianz bisa naik bus dan turun di terminal Trenggalek lalu melanjutkan dengan Elf ke Desa Slorok di wilayah Panggul.

Yang paling gampang ya naik travel. Kalau kereta api tidak kami sarankan, karena jalurnya tidak searah.  Kabupaten Trenggalek ini terletak di wilayah selatan Pulau Jawa, yang mana pantai-pantainya sangat mempesona dengan ombak yang sangat besar. Medan yang terjal, jauh, dan melelahkan akan terbayar dengan pemandangan pantai nan cantik.

Baca juga: Piknik Asyik Bersama Keluarga Di Pantai Teleng Ria

 

Pantai Konang

Pantai Konang adalah pantai pertama yang Tim Artebia kunjungi setiba di Trenggalek. Tidak ada tiket masuk yang dikenakan untuk menikmati keindahan pantai nelayan ini. Tim Artebia mengunjungi Pantai Konang pada sore hari. Di pinggiran pantai banyak warung-warung yang menjual ikan bakar, makanan ringan, serta air kelapa muda. Setelah membeli es kelapa muda, Tim Artebia masuk ke pantai menikmati matahari sore yang sinarnya sudah tidak menyengat. Pasir pantai berwarna cokelat.

Meskipun terbilang sebagai pantai nelayan yang banyak perahunya, Pantai Konang cukup bersih. Mungkin ini ada hubungannya dengan jumlah pengunjung, yang pada saat itu tak banyak.

Pantai Konang cukup luas dengan garis pantai yang panjang membentang dari selatan ke utara. Di seberang lautan tampak pecahan-pecahan tebing yang membentuk pulau-pulau batu raksasa yang mengapung di tengah samudera.

Pantai Konang ini seperti pantai muara sungai. Jika menelusuri sisi timur pantai, Artebianz dapat menjumpai perahu-perahu kayu nelayan yang diparkir di bibir pantai. Di depan jajaran perahu-perahu tersebut, ada sebuah aliran sungai sekaligus genangan air asin dangkal yang membentang dari timur dan bermuara ke Pantai Konang. Jika ombak sedang pasang, sungai mini tersebut akan dipenuhi air. Di ujung timur tampak jembatan dengan pemandangan latar belakang gunung dan hutan. Di sisi kanan sungai tampak kebun kelapa berjajar. Pemandangan yang benar-benar memanjakan dan menambah romantis suasana sore.

Oke Artebianz, setelah Pantai Konang, keesokan paginya Tim Artebianz lanjut ke pantai yang tak kalah serunya, pantai dengan sungai, air terjun, sekaligus gua karang. Sangat seksi! Penasaran, ikuti terus perjalanan Artebia ya!

Baca juga: Teluk Hijau Banyuwangi

 




Nadia Sabila

Nadia Sabila adalah seorang jurnalis yang menggandrungi travelling dan makanan pedas.

Profil Selengkapnya >>

Wisata Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Stigma dan Tradisi: Perempuan, Terlahir Sebagai Penghuni Neraka


Bicara Tentang Orizuka - Menulis Adalah Passion, Bukan Occupation


Cafe Waiting Love - Kompleksnya Kesederhanaan Cinta Ala Remaja


True Friend Never Die (Meung Gu): Arti Sahabat yang Sebenarnya


Adele's Hello - Apa Kabar Masa Lalu?


Warung Wulan - Resto All You Can Eat Murah Meriah


my Kopi-O! Salah Satu Spot Nongkrong dan Ngobrol Asyik


Candi Minak Jinggo - Candi Kecil nan Istimewa di Trowulan


Pasar Seni Lukis Indonesia 2015


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Pertama)


Nyala Lilin yang Menerangi Wanita Itu di Kala Malam


Di Denting Garpu Sendok dan Piring