Di Denting Garpu Sendok dan Piring
31 Jul 2016 View : 3637 By : Niratisaya
Denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring terdengar
Mengisi senyap dan sisa gema kata yang kita tukar
Di ruangan ini, kita pertama kali bertemu
Kau dan aku beradu pandang
Bercumbu
Lewat kerling dan tatap yang kelewat nyalang
Bagi dua orang asing dengan perasaan usang
Di ruangan ini pula,
Kita bertemu untuk kali kedua, ketiga, dan keempat
Di setiap kali itu, kita hanya sempat beradu pandang
di waktu yang sempit dan kesempatan yang rumit
Namun, kita selalu bercumbu
Lewat kerling demi meredam apa yang kita kenal sebagai rindu
"Bersikaplah nyaman denganku,"
Katamu di pertemuan kita yang kesekian
"Anggap aku rumahmu. Tempatmu pulang."
Kesempatan yang kita miliki kali itu tak lagi sempit
Dan waktu berhenti membuat segalanya rumit
Semuanya hanya tentang kau, aku, dan yang kita anggap sebagai rindu
Yang tak sabar ingin kuredam
Kuturuti ucapmu,
membungkukkan punggungku yang semula tegak, meneguk minuman yang sudah kau pilih
Kuturuti ucapmu,
melepas sepatu dan menarik kaki kakuku ke atas bangku
Bersila, aku menatapmu
Membuka kunci pintu rumahku yang bernama dirimu di tiap kecup
Membuka kelambu kelabu di tirai jendelaku di tiap tatapku yang kuadu denganmu
Memastikan bahwa rumahku itu akan selalu bersinar
Memastikan kau senantiasa menjadi rumahku
Menjadi milikku
Namun,
di antara rindu yang tak lagi kita redam
di antara kecup dan tatapku kepadamu
hanya tersisa dendam
Hanya ada redup rasa yang terlepas dari sadarku
Residu dari apa yang dulu kita anggap sebagai rindu
Untuk kesekian kalinya, kita kembali di ruangan ini
Pada sendok dan garpu yang beradu dengan piring
Serta gema kata yang enggan kita tukar
Namun terlalu pengar untuk kita simpan
Kita hanya duduk diam
Di denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring
Di rasa yang mengusang
dan diri yang mengasing
Niratisaya
Surabaya, Juli 2016

Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.
Profil Selengkapnya >>