Lembah Rolak

06 Sep 2014    View : 18699    By : Niratisaya


Terdorong oleh rasa penasaran karena saya berkali-kali melewatinya sewaktu ngampus, akhirnya ketika kru Artebia setuju untuk mengadakan rapat bulanan, saya mengusulkan tempat tersebut: Lembah Rolak.

Ada satu cerita di balik petualangan kru Artebia menyambangi lembah yang berada di Jalan Raya Ketintang Barat. Karena miscommunication, dan ponsel saya ketinggalan *toyor jidat sendiri*, kami sempat kelimpungan di awal rapat. Dua orang rekan saya mengira kami akan bertemu di tempat lain yang masih berada di satu area. Tapi syukurlah, rapat bisa segera dimulai begitu kru Artebia sudah berkumpul Smile

Enough with the chit chat, let's start talking about this place that should be Surabaya's new hot place, shall we.

Terletak tak jauh dari arena Outbond di daerah Rolak, Surabaya, Lembah Rolak melabeli diri sebagai café dan restoran yang menurut saya sangat cocok untuk tempat ngumpul bersama teman, keluarga, atau orang yang disayang. Semua itu karena letak tempat ini yang berada di tepian Sungai Rolak. Artebianz bisa memilih, mau meja di bagian tengah yang dekat dengan dapur jadi pesanan bisa segera disantap begitu matang—atau mau duduk di bagian belakang, yang dihiasi pohon bambu yang akan menimbulkan suara gemerisik saat tertiup angin. Mendukung suasana romantis yang Artebianz pengin ciptakan bersama kekasih, atau suasana akrab bersama teman dan keluarga.

 

Lembah Rolak di Malam Hari

Suasana Lembah Rolak di Malam Hari

Dengan label café dan restoran, Lembah Rolak memiliki varian menu; sesuai dengan tujuan Artebianz sewaktu menjejakkan kaki di tempat ini. Untuk Artebianz yang pengin nongkrong sambil ngobrol santai—atau rapat seperti kru Artebia, hehehe—bisa memesan makanan ringan. Saya sendiri memilih Cappuchino dan Pisang Keju bertabur meses, sedangkan seorang rekan saya memilih Jamur Crispy.

Capucchino dan Pisang Keju

Untuk Cappuchino pesanan saya, saya bisa mengatakan lumayan okeh. Kental. Tidak encer seperti kopi instan umumnya. Walau juga tidak semantap Cappuchino langganan saya di salah satu franchise coffee shop. Tapi seperti prinsip kebanyakan pedagang, Artebianz, ada harga ada barang.Sementara untuk Pisang Keju, rasanya masih standar. Maksud saya, tidak ada yang istimewa dibandingkan dengan pisang keju dagangan seorang pedagang kaki lima di dekat rumah saya. Baik dari segi platting maupun rasa. Dengan bangunan dan fasilitas yang lumayan keren yang dimiliki Lembah Rolak, saya mengharapkan ada sesuatu yang membuat makanan di sana berbeda. Misalnya seperti Ayam Bakar yang kami, kru Artebia, pesan malam itu.

Ayam Bakar, Yang Tersisa(Ayam Bakar Lembah Rolak, atau lebih tepatnya yang tersisa...)

Ayam bakar Lembah Rolak memiliki perbedaan pada bumbu dan penyajian Sambal (yang bersebelahan dengan parutan mangga muda, jadi yang pengin Sambal Pencit, tinggal dicampur saja Laughing). Untuk ukuran harga dan penyajian Ayam Bakarnya, Lembah Rolak patut dipuji, karena para kru Artebia memberi jempol dan sempat khilaf—lupa bahwa malam itu selain rapat kami juga bertugas mengulas café dan restoran yang nyempil di antara perumahan penduduk tersebut.

Selain Ayam Bakar, kami juga memesan Belut Crispy dan Kangkung Terasi sebagai makanan pendamping. Untuk Kangkung Terasi, memenuhi standar rasa Kangkung Terasi restoran langganan saya, bahkan jauh lebih murah. Hanya saja terlalu matang. Jadinya kangkung terlihat layu dan tidak bertekstur saat kami makan. Sedangkan untuk Belut Crispy, seorang rekan saya berpendapat lapisan tepung terlalu tebal, sehingga dia nyaris tak bisa membedakan antara tepung dan belut yang disantapnya.

Bagian Tengah Lembah Rolak(Yang ogah lesehan, bisa duduk manis di kursi yang ada di bagian tengah Lembah Rolak)

 

Lembah Rolak di Sore Hari

Penasaran dengan suasana sore hari di café dan restoran ini, saya akhirnya memutuskan untuk kembali menyambangi Lembah Rolak. Kali ini bersama keluarga.

Dan yap!

Suasana nyaman di bagian lesehan yang berbatasan dengan Sungai Rolak masih sama. Pada kesempatan itu, karena kami baru saja dari luar kota, saya dan keluarga memutuskan untuk memesan makanan sederhana yang cepat disajikan dan cepat pula kami tandaskan. Jadilah kami memesan Nasi Goreng Kampung Plus Telur dan Mi Goreng Jawa untuk makanan, serta Teh Hangat dan Jus Melon untuk minuman. Menu terakhir adalah pilihan saya, yang selain penggila soto juga penikmat mi. Setelah tunggu punya tunggu, akhirnya Nasi Goreng dan Mi Goreng saya serta keluarga pun tiba.

Pesanan Kedua

Entah Lembah Rolak lebih fokus pada konsep restoran ketimbang café, saya merasa makanan berat di tempat ini lebih sesuai untuk ukuran tempat. Nasi Goreng dan Mi Goreng Lembah Rolak tampak mengundang selera. Platting-nya lumayan dan rasanya juga... TOP!

Omong-omong Artebianz, saat memesan kedua menu tersebut kami ditanya level kepedasan yang kami inginkan oleh pelayan Lembah Rolak. Macam di salah satu restoran Ramen yang pernah saya kunjungi bersama teman Smile

Dan jujur, rasa Acar dan Mi Goreng Lembah Rolak tak kalah nikmat dengan restoran dengan logo dan nama yang identik dengan penggorengan yang ada di mal-mal di Surabaya. Bisa tebak, Artebianz, restoran mana yang saya maksud? Wink

Selain ayam bakar, mi goreng, dan nasi goreng yang bisa saya sarankan—Artebianz juga bisa icip-icip Gurame Bakar ala Lembah Rolak, yang lumayan enak!

 

Yang Asyik di Lembah Rolak

Selain makanan dan minuman yang lumayan murah dan enak, Artebianz?

Colokan kabel dan wi-fii.

Di era teknologi moderen yang menuntut kecepatan dan ketepatan, dua hal itu menjadi satu hal yang wajib dimiliki oleh setiap tempat nongkrong yang ada di dunia. Karena well, kita tidak lagi nongkrong bareng teman yang ada di sekitar kita. Terkadang kita juga nongkrong bareng teman yang nggak ada di samping kita. Saya tidak sedang membicarakan makhluk astral, Artebianz. Tapi teman-teman yang terhubung dengan kita lewat Twitter dan Facebook. Dan membuat mereka iri karena kita sedang berkumpul dengan teman-teman lainnya di tempat yang asyik *ngikik jahat*.

Yang asyik kedua di Lembah Rolak? Menu hematnya.

Bukan cuma K*C atau M*D dan segala restoran francishe saja yang punya paket hemat, Lembah Rolak juga punya Laughing

Jadi, untuk Artebianz yang datang ramai-ramai dan pengin mencicipi beragam menu Lembah Rolak, bisa memanfaakan paket hemat tempat ini.

Dan, untuk yang kesekian kalinya, saya menekankan suasana nyaman. Terutama di bagian belakang, tempat di mana pelanggan restoran bisa leha-leha di lesehan sambil menatap Sungai Rolak. Mantaps, Artebianz!

Pelataran Parkir Lembah Rolak(Pelataran parkir Lembah Rolak)

Lembah Rolak juga menyediakan pelataran parkir luas (baik bagi pengguna kendaraan roda dua maupun roda empat), mushalla, wastafel, dan restoran bagi para pelanggannya.

 

Yang Kurang Asyik di Lembah Rolak

Colokan kabel dan wi-fii-nya.

Lho? Lho? Kok bisa?

Katanya tadi asyik, kok masuk kategori kurang asyik?

Gimana sih, penulisnya ini?!

Begini, Artebianz, berdasarkan pengalaman saya dan dua rekan saya, colokan yang bisa digunakan hanya beberapa. Alih-alih menyediakan colokan per meja, Lembah Rolak hanya menyediakan satu colokan untuk satu tempat (baca: dua sampai empat meja). Sementara wi-fii hanya bisa dinikmati oleh para pengguna produk dari PT. Telk*m.

Sama sekali asyik.... Frown

Untuk pelayanan, saya berpendapat hanya beberapa pegawai Lembah Rolak yang ramah dan komunikatif. Saya beruntung bertemu dengan pegawai tersebut di kedua kesempatan. Sedangkan pegawai lain... terlalu mekanikal saat melayani.

Mereka datang, kasih menu, pergi, dan datang lagi (kalau kebetulan mereka melihat Anda) untuk mengambil menu dan daftar pesanan Anda. Sayang, pelayanan ala robot yang mereka tunjukkan tidak berlaku untuk kebersihan. Sewaktu datang bersama keluarga, saya melihat sebuah meja yang masih dipenuhi piring kosong dan tisu bekas yang bertebaran di mana-mana.

Selain itu, rasa penasaran yang mendorong saya mengunjungi Lembah Rolak di waktu yang berbeda membuktikan satu fakta lain dari tempat ini: kalau Artebianz datang malam hari ke Lembah Rolak, siap-siap saja bertemu dengan para pengisap darah. Bukan Edward Cullen, Damon, atau (yang paling anyar dan sedang digilai ABG Indonesia) Tristan. Tapi NYAMUK.

Jadi, kalau berkunjung ke Lembah Rolak di malam hari jangan lupa bawa lotion antinyamuk.

 

Menu dan Harga Makanan-Minuman Lembah Rolak

Menu Makanan Lembah Rolak

Menu Minuman dan Camilan Lembah Rolak

Paket Hemat Lembah Rolak(Sila klik gambar bila kurang jelas, Artebianz)


Saran saya untuk Artebianz yang pengin mengunjungi Lembah Rolak

Sila pilih waktu siang sampai sore hari, sebelum para pengisap darah buka lapak. Atau kalau pengin bercengkerama di sore hari bersama orang-orang yang Anda kasihi, Anda bisa membawa lotion antinyamuk atau pilih meja di bagian tengah.

Untuk mengatasi kekurangan colokan, Artebianz bisa bawa T. Itu tuh, alat multi-plug yang menyediakan beberapa lubang colokan listrik.

Kenapa saya ngoyo kasih saran seperti ini?

Karena Artebianz, serius, Lembah Rolak adalah tempat nongkrong yang lumayan oke dan tidak pretentious yang menjual makanan biasa dan suasana biasa dengan harga luar biasa (mahal).

Nyamannya Lembah Rolak(Ain't that look nice and cozy, Artebianz?)

Menurut saya, Lembah Rolak bisa menjadi salah satu The It Place, asalkan memperbaiki beberapa kekurangannya. Saya sendiri akan kembali berkunjung ke Lembah Rolak, mungkin dengan membawa laptop atau buku tulis untuk menyelesaikan beberapa buku yang sedang ngadat.




 

Tempat nongkrong asyik lainnya:


Tag :


Niratisaya

Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.

Profil Selengkapnya >>

Nongkrong Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Ayah Dan Hari Ayah


Simple Thinking About Blood Type 3


Pantai Pelang


Guru Bangsa Tjokroaminoto


Figur: Lia Indra Andriana - Dari Seorang Calon Dokter Gigi Menjadi Salah Satu Penerbit Berpengaruh


Dari Surga Belanja Menjadi Surga Makanan, Kedai Tunjungan City


Zein's Cafe - Ngupi Cantik Tanpa Jadi Pelit


Interaksi di Galaksi


HiVi - Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi


The Backstage Surabaya (Bagian 1) : How To Start A StartUp


Dua Windu Lalu, Lewat Hening Malam


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Pertama)