Malam Minggu Miko Movie - Mockumentary Kegalauan Kaum Muda Indonesia

15 Sep 2014    View : 7613    By : Niratisaya


“Lelaki sejati itu….”

Menjadi penikmat seri Malam Minggu Miko dari format webseries di YouTube, sampai akhirnya serial tentang kegalauan lelaki muda itu ditayangkan oleh salah satu teve nasional, tidak lantas membuat saya langsung tertarik menonton versi filmnya. Simpel saja, Artebianz; saya takut tidak ada lagi kejutan yang akan ditawarkan oleh Raditya Dika lewat film garapannya ini.

Pertama, segala yang ada dalam seri Malam Minggu Miko rasanya sudah dikuras habis-habisan.

Kedua, saya sangat khawatir kalau Malam Minggu Miko akan terkena sindrom Nobita yang tidak akan pernah dewasa. Dalam kasus Miko, malam minggunya akan semakin panjang dan terus jomlo, sementara perempuan-perempuan hanya mampir lewat saja dalam kehidupannya.

Ngenes, abis Tongue Out

Ketiga, alasan yang paling esensial (dan mungkin juga terdengar klise), saya lelah menonton film Indonesia yang belum memberikan variasi tontonan. Film Indonesia yang benar-benar layak diberi embel-embel tontonan layar perak masih kalah jumlah dengan film yang masih dalam level tontonan ala sinetron.

Tapi toh, pada akhirnya, karena satu dan dua hal semua tiga alasan yang saya kemukakan sebelumnya runtuh. Mungkin di sisi lain, saya merindukan film Indonesia yang lain dari yang lain. Dan... malam minggu kemarin (13/09) saya berangkat ke bioskop 21 di Plaza Tunjungan Surabaya untuk nonton Malam Minggu Miko Movie. Pas banget ya, Artebianz Smile

Baca juga: The Grand Budapest Hotel - Mereka Yang Layak Disebut "The Best Partners In Crime"

 

 

Malam-Malam Minggu Miko di Film

Tidak jauh berbeda dengan pembukaan di seri-seri Malam Minggu Miko yang lain, dalam versi film Miko (Raditya Dika) masih saja dalam proses pendekatan dengan seorang perempuan. Kali ini yang menjadi incaran Miko adalah Anna (Mentari De Marelle), seorang perempuan cantik yang menganggap Miko sebagai lelaki baik dan penyabar. “Satu di antara sejuta” kalau meminjam istilah Anna.

Dari pendekatan dan interaksi Miko serta Anna, kemungkinan besar malam minggu Miko kali ini tidak akan diisi lagi dengan kesendirian.

Miko dan Anna

Berbeda dengan biasanya, kali ini Anna tampak menerima Miko. Kini tantangan lelaki berambut pendek itu hanya di orangtua Anna. Lagi-lagi, tidak jauh berbeda dengan karakter sebagian besar orangtua pihak perempuan, Ayah Anna (Joshua Pandelaki) masih ditampilkan sebagai tukang gencet lewat omongan yang nyelekit. Bedanya, kali ini porsi gencetan Miko bertambah karena adanya sosok Ibu Anna (Rowiena Sahertian) yang menertawakan Miko dan membuat lelaki itu hmmpft *bekap mulut sendiri*

Merasa berjodoh dengan Anna, Miko pun memutuskan untuk “menembak” Anna. Namun kedatangan Ryan (Ryan Adriandhy) yang mentas dari panggung stand up comedy-nya dari perahu ke perahu menghalangi Miko. Ada satu hal yang perlu diketahui lelaki itu, satu hal yang menurut Ryan menghalanginya mendapatkan kekasih.

Seolah menjadikan “penebusan” sebagai tema, tidak jauh berbeda dengan nasib Miko, ketiga tokoh Malam Minggu Miko Movie pun menjalani hal yang tak jauh berbeda.

Dovi

Dovi (Andovi Da Lopez) yang duduk di tahun terakhir dan membangga-banggakan diri sebagai senior, sebagai kamuflase kalau dia adalah generasi terakhir dari angkatannya, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk lulus dari kelas dosennya (Verdi Solaiman) dengan syarat harus mau mengantarkan tiga orang asing keliling kota Jakarta kemudian kembali dengan selamat di kampus tepat pukul sepuluh malam. Ketiga orang asing tersebut adalah:

  1. Alexandra (Aleksandra Ewa Podgorska), seorang perempuan kutilang (kurus, tinggi, langsing) asal Polandia yang gemar menenteng kameranya ke mana pun dia pergi.
  2. Mamadi (Mustapha Sey) adalah seorang pemuda—kepolosannya yang seperti bocah membuat saya berpikir dia adalah lulusan SMA *ngikik*—yang berasal dari Gambia dan amat sangat phobia dengan keramaian serta kematian. Sewaktu Dovi mengajak Mamadi hmpffft *bekap mulut sendiri lagi*
  3. Haruki (Suzuki Nobuyuki) adalah pria asal Jepang yang teramat mencintai vasnya, sampai-sampai menganggap benda itu seperti belahan jiwanya. Satu hal mengenai tokoh ini; entah mengapa, saya merasa nama tokoh ini adalah sebagai tribut Radit terhadap Haruki Murakami, salah seorang penulis favorit Radit.

Dovi and the Gank

Yang menjadi halangan Dovi bukan hanya fakta bahwa dia tak mengenal baik Jakarta seperti dia mengenal negara-negara lain yang sudah dikunjunginya. Namun juga dirinya. Akan jadi seperti apa nasib Dovi tahun ini?

Anca dan Atiek

Lain Dovi lain Mas Anca (Hadian Saputra). Sementara Dovi masih sibuk dengan kampusnya, Mas Anca telah mengukuhkan dirinya sebagai asisten rumah tangga teladan. Ia juga tak perlu lagi mencari kekasih seperti Miko. Mas Anca sudah punya Atiek (Witta Sylvia). Yang perlu dilakukannya saat ini adalah melanjutkan hubungannya dengan Atiek ke tingkat pernikahan. Tapi justru di sinilah letak masalah Mas Anca, ayah (Henky Solaiman) dan ibunya (Rina Hasyim) tak mengizinkan Mas Anca menikah kecuali dia berhasil lulus ujian "Kitab Keluarga Wardana". Kitab yang konon diwariskan turun-temurun demi menjaga nama baik keluarga sebagai pembantu teladan.

Akankah Miko berhasil melewati semua rintangan dan mengakhiri statusnya sebagai jomlo? Sanggupkah Dovi memenuhi persyaratan dosennya lalu lulus dari Jurusan Hukum? Bisakah Mas Anca lulus dari ujian yang diberikan orangtuanya? Dan yang terpenting, apa sebenarnya yang ingin disampaikan Ryan pada Miko?

Penasaran, Artebianz? Temukan jawabannya dengan menonton film ini Laughing

Baca juga: Warm Bodies - Menggali Kehidupan dari Kematian

 

 

Kadar Kesegaran dalam Malam Minggu Miko Movie

Setelah webseries, layar teve, kemudian layar perak. Tak pelak pertanyaan yang meluncur dalam benak saya sewaktu menonton teaser dan trailer Malam Minggu Miko Movie adalah seberapa segar tontonan yang ditawarkan Radit kali ini? Apakah seperti spaghetti yang membutuhkan krim segar tiap kali akan disajikan? Atau akan seperti masakan yang hanya perlu dihangatkan sebelum disajian?

Saya akan mengatakan ada beberapa bagian yang kocak setengah hidup. Tapi bagian garing bagi saya pun ada, Artebianz.

Ada beberapa adegan, dialog, bahkan gestur kecil dari para tokoh Malam Minggu Miko Movie yang mengundang tawa. Salah satunya adalah adegan Jovi yang meniru kasuari sewaktu dia melihat Alexandra, yang lantas membuat saya menunggu-nunggu… apalagi yang bakal dilakukan Jovi.

Alex-Jovi

Tapi saya langsung mengerutkan dahi sewaktu melihat Jovi meninggalkan layar. Rasanya porsi Jovi di sini dipotong, alih-alih memang sudah waktunya dia pergi.

Adegan yang membuat saya tertawa (secara konstan) tentu saja Miko dan interaksinya dengan para tokoh lainnya. Mimik muka Radit benar-benar mewakili jomlo yang malam minggu telah lama tak pernah dihabiskan dengan kekasih. Selalu ada kesegaran dalam lelucon yang digelar oleh Radit dalam Malam Minggu Miko Movie tiap kali Miko berfriksi dengan tokoh-tokoh lain.

Dan menurut saya kadar kesegaran interaksi Miko itu hanya bisa disaingi oleh pertemuan Dovi dan Ryan. Bocah yang sok tahu dan lelaki songong. Sudah lama saya bertanya-tanya, bakal seperti apa panggung Malam Minggu Miko kalau Dovi dan Ryan ketemu.

Dovi vs Ryan

Kadar kesegaran dalam Malam Minggu Miko Movie juga terbantu oleh tim kasting yang memilih bintang-bintang stand up comedy serta para aktor yang jarang dijumpai di layar teve.

Dengan ramuan mockumentary dan tebaran bintang-bintang segar, studio 1 tempat Malam Minggu Miko Movie diputar berhasil menarik tawa dan gelak penonton.

Baca juga: Filosofi Kopi - Bukan Sekadar Adaptasi Dari Cerita Pendek

 

 

Selipan Mockumentary untuk Bangsa dan Generasi Muda Indonesia

Entah memang disengaja atau Radit sekadar memasukkannya sebagai leluconnya, saya merasa dia seolah menyentil generasi muda Indonesia lewat beberapa aspek dalam filmnya.

Seperti yang kita tahu, Artebianz, Dovi dan Jovi adalah kakak beradik yang diceritakan sudah melanglang buana. Namun ketimbang menampilkan diri sebagai sosok yang sudah sering ke luar negeri, ketika Jovi merayu Alexandra, ia malah menggunakan cara yang sangat Indonesia.

Jovi Flirt

Tidak ada candlelight dinner atau bunga.

Mock (ejekan) berikutnya yang disiapkan Radit sebagai penulis skenario dan tim pengembang naskah (Bagus Bramanti, Arief Ash Shiddiq, dan Ge Pamungkas) muncul dalam bentuk reaksi Jovi saat Alexandra memberikan jawabannya.

Adalah juga sangat Indonesia sewaktu dalam film ini muncul sosok dukun (Arie Kriting) di rumah salah seorang politisi. Jangan-jangan Radit terinspirasi fenomena-fenoma yang muncul di pemilu terakhir ini?

Arie Kriting

Sekilas, Malam Minggu Miko Movie tampak ringan dalam balutan gaya mockumentary yang diusung Radit. Film ini dengan sukses membuat suasana di dalam studio bioskop penuh dengan tawa. Akan tetapi entah mengapa, saya merasa di balik humor yang ditujukan untuk mengundang gelak tawa, di saat yang bersamaan Radit juga hendak menunjukkan kegalauan muda-mudi Indonesi. Bukan hanya saat (mencoba) menjalin asmara, tetapi juga ketika mencari jati diri. Hal ini ditunjukkan oleh empat karakter utama di sini.

 

 

Pendapat Final atas Malam Minggu Miko Movie

Apakah Malam Minggu Miko Movie layak ditonton? Pertanyaan jebakan nih, Artebianz.

Well, semua kembali pada Anda, Artebianz. Bila Anda merindukan tontonan berisi lelucon yang mengundang tawa, bahkan mungkin mengajarkan pada kita tentang seni menertawai diri sendiri, Malam Minggu Miko Movie adalah pilihan yang tepat.

Malam Minggu Miko Movie mungkin bisa jadi tontonan yang tepat bagi mereka yang bertanya-tanya, apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh seorang lelaki sejati. Sebuah kalimat yang kemudian seolah menjadi slogan dalam film ini. Atau mungkin Raditya Dika saja? Laughing

Mock

Baca juga: Stand By Me Doraemon

 

 

Rating Malam Minggu Miko Movie, Menurut Saya:

Rating

 

 


Tag :


Niratisaya

Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.

Profil Selengkapnya >>

Review Film Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Stigma dan Tradisi: Berhenti Belajar! Mari Mulai Berpikir dan Menciptakan


Figur: Lia Indra Andriana - Dari Seorang Calon Dokter Gigi Menjadi Salah Satu Penerbit Berpengaruh


1001 Fakta Sejarah yang Mengerikan: Bersiaplah Menyelidiki Sejarah yang Mengerikan


Hormones The Series Season 1: Realita Remaja Saat Ini (Part 1)


Nash - Ya Rabbana Anta Maulana


Rujak Cingur Ala Bu Dah


7 Mal Dan Tempat Nongkrong Dengan Toilet Asyik Di Surabaya


Coban Jahe: Wisata Alam Untuk Mengisi Liburan Singkat


Literasi Desember: Literaturia, Budaya Berpikir Kritis, dan Literasi Media (Bag. 1)


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Empat)


Angel's Smile


Sajak Orang Rantau