Teluk Hijau Banyuwangi

14 Sep 2014    View : 7159    By : Nadia Sabila


Jawa Timur memang menyimpan segudang pesona alam. Wisata Artebia kali ini menyambangi sebuah teluk yang sedang hit di kawasan Taman Nasioal Meru Betiri, Banyuwangi: Teluk Hijau atau yang disebut juga dengan Green Bay. Mari kita jelajahi pantai yang satu ini.

 

 

Menuju Teluk Hijau

Untuk menuju ke Teluk Hijau, medan jalannya cukup terjal. Butuh sekitar dua jam perjalanan dari Banyuwangi kota menuju Teluk Hijau ini. Kemudian, Artebianz akan memasuki sebuah desa yang medan jalannya masih makadam. Mobil akan terguncang-guncang hebat saat melewati jalan desa ini. Akan tetapi, di kanan kiri jalan Artebianz akan melihat perkebunan milik PTPN. Diawali dari kebun kakao, kemudian kebun karet.

Beberapa kilometer kemudian jalan akan berupa aspal mulus dan masih dikelilingi oleh perkebunan kakao dan karet. Lalu, Artebianz akan mulai memasuki desa berpantai. Pantai pertama yang akan Artebianz temui adalah pantai pasir lembut yang bernama Pantai Sungapan.

pantai_rajegwesiPantai Sungapan

Jujur saja, dari perjalanan yang sangat melelahkan, melihat Pantai Sungapan di awal perjalanan ini seolah menjadi obat tersendiri. Pantainya cukup bersih dengan pasir yang yang berwarna putih kecokelatan. Sangat bersih. Kami hampir tersihir untuk berhenti di pantai ini jika tak ingat bahwa tujuan utama kami adalah Teluk Hijau. Akhirnya, kami melanjutkan perjalanan.



Administrasi ke Teluk Hijau


loket_teluk_hijauLoket

Karena sudah masuk di kawasan taman nasional, memasuki teluk hijau pun dikenai biaya administrasi. Untuk tiket masuknya sendiri, setiap kepala dikenai 6000 rupiah. Untuk biaya parkir mobil 9000 rupiah, dan kamping 20.000 rupiah per tenda.

Sayangnya, pada saat kami berkunjung ke Teluk Hijau (Juni 2014), kegiatan berkemah di Teluk Hijau sudah dilarang. Alasan petugasnya karena wilayah tersebut berbahaya. Banyak monyet dan binatang buas. Selain itu, kawasan pantai dikhawatirkan akan kotor jika terus-terusan dipakai berkemah. Kami pun disarankan untuk berkemah di Desa Rajegwesi.

Berkemah di desa? Tentu saja bakal tidak seru. Akhirnya, kami pun belum memutuskan dimana akan berkemah. Kami lebih memilih bersenang-senang dulu ke Teluk Hijau. Yippie!

Baca juga: Banyu Anjlok - Pantai Bolu-Bolu - Keletekan: Sekali Dayung Dua Tiga Pulau Terlampaui

 

 

Pantai Batu (Stone Bay)

pantai_batuPantai Batu

Perjalanan menuju Teluk Hijau cukup menguras tenaga. Dari Desa Rajegwesi, kita harus berjalan sekitar 6 kilometer untuk benar-benar mencapai Teluk Hijau.

Alih-alih mulus, perjalanan penuh liku-liku. Dari jalan yang terjal, naik tajam, turun tajam, kanan dan kiri jurang, serta menyusuri hutan. Setelah itu, kita akan menjumpai perduaan. Memilih untuk menuju Teluk Hijau lewat hutan atau lewat Pantai Batu. Akhirnya kami memilih untuk melewati Pantai Batu saja.

Yak! Pantai ini benar-benar terdiri dari hamparan batu yang berserakan, bukannya pasir nan lembut seperti pantai pada umumnya. Mulai dari yang kecil sampai dengan batuan besar sebesar bak mandi. Kita pun harus pandai-pandai meniti batuan tersebut karena tak semuanya ajeg atau kuat untuk dipijak. Belum lagi kondisi permukaan batu yang licin karena air laut. Salah melangkah atau salah memijak batu, bisa berujung terpeleset. Namun pada dasarnya, pantai batu ini cukup unik dan bagus untuk foto-foto tentunya.

 

 

Teluk Hijau

Horeee!

Setelah berjuang keras meniti bebatuan di pantai batu, kami akhirnya sampai di Teluk Hijau.

Pada dasarnya, Teluk Hijau ini adalah pantai mungil bersih dengan garis pantai yang pendek. Pasirnya putih dan airnya hijau kebiruan. Mungkin, dulunya pantai ini sangat diidam-idamkan karena belum ada pengunjungnya, tapi saat Artebia ke sana, pantai ini sudah ramai. Mungkin karena sudah cukup populer.

teluk_hijauTeluk Hijau

Yang unik di pantai ini adalah air terjun mini di sisi barat pantai. Sayang seribu sayang, saat itu adalah bulan Juni, musim kemarau. Sehingga air terjunnya tidak terbentuk.

Hiks!

Disarankan untuk mengunjungi Teluk Hijau pada bulan Februari atau Maret. Tapi tak apa, ada batu-batu karang menarik yang dapat dijadikan objek foto di Teluk Hijau. Di tepi pantai ini juga ada hutan. Di situ banyak sekali monyetnya. Sebelum perkemahan di Teluh Hijau dilarang, pengunjung biasanya berkemah di hutan tersebut. Sayang sekali kami tak mendapat kesempatan untuk berakrab-akrab ria dengan para monyet karena sudah tidak boleh berkemah di situ.

Huhuuu!

teluk_hijauBatu karang di Teluk Hijau

Tapi yang penting, jangan buang sampah sembarangan di Teluk Hijau ya Artebianz. Mungkin larangan berkemah muncul karena warga sekitar sadar akan potensi sampah yang menggunung jika yang berkemah tak peduli kebersihan. Tanpa diminta pun kami membawa kembali sampah-sampah makanan kami selama di Teluk Hijau untuk dibuang di tempat sampah di desa saja. Eh, ternyata sampai di bawah, kami mendapat ucapan terima kasih karena tidak meninggalkan sampah di sana.

Kebersihan tetap nomor satu ya, Artebianz!

Baca juga: Ranu Kumbolo: Sebuah Pelajaran Hidup Tentang Jerih Payah

 

 

Berkemah di Pantai Sungapan, Awas Serigala!

Lalu di mana Artebia berkemah?

Karena enggan berkemah di desa, akhirnya kami menjatuhkan pilihan untuk berkemah di tepi Pantai Sungapan. Pantai ini sangat cocok untuk berkemah, karena di tepi sebelah utara, ada dataran pasir yang cukup tinggi sehingga pas untuk tempat mendirikan tenda dan kecil kemungkinan untuk tersapu ombak laut jika malam hari. Dan yang penting, pantai ini cukup jauh dari permukiman penduduk. Sehingga privasi akan terasa di sini. Pasir di sini sangaat lembut dan halus. Terasa menyenangkan saat kaki bersentuhan dengan pasir pantai ini.


berkemahBerkemah di Pantai Sungapan

Ini yang seru, ada sedikit pengalaman menegangkan saat berkemah di sini. Saat itu sekitar tengah malam, mungkin pukul 11-an, kami di tenda perempuan terjaga karena mendengar geraman. Ya, geraman itu seperti geraman anjing malam serta lolongan serigala atau anjing. Tak ada satu pun dari kami yang berani keluar tenda untuk memastikan makhluk apa itu. Kami teringat masih ada sisa makanan di luar di dekat api unggun. Tapi kami lebih memilih pasrah makanan itu diacak-acak anjing daripada kami harus keluar dan diterkam.

Kami para perempuan sangat tegang dan ketakutan. Kami sadar pantai ini jauh dari rumah penduduk. Upaya untuk membangunkan anak laki-laki yang sudah pulas di tenda sebelah pun sia-sia. Sebagai informasi, TIDAK ada sinyal telepon di sini. Jika pun kami berteriak, kami takut teriakan kami malah menarik perhatian anjing-anjing itu. Tetapi akhirnya, geraman dan lolongan pun akhirnya lenyap. Dan kami lanjut tidur.

Paginya, kami melihat banyak sekali jejak kaki binatang tercetak jelas di pasir. Kentara sekali itu kaki anjing hutan yang besar. Makanan dan piring-piring di sekitar api unggun pun sudah terbalik dan acak-acakan. Ternyata malam tadi tenda kami benar-benar disambangi oleh anjing-anjing hutan. Tapi untunglah, mereka tak merangsek masuk ke tenda.

Begitulah pengalaman kami di Teluk Hijau. Seru sekali!

Jadi jika Artebianz akan berkemah di sekitar Teluk Hijau, pilih-pilih tempat yang tepat ya! Dan jangan lupa, jangan tinggalkan sampah di pantai. Sayang kan, kalau pantai yang indah harus tercemar oleh sampah plastik? :)

Baca juga: Pantai Pulau Merah Nan Meriah Di Banyuwangi

 




Nadia Sabila

Nadia Sabila adalah seorang jurnalis yang menggandrungi travelling dan makanan pedas.

Profil Selengkapnya >>

Wisata Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Ada Kemauan Ada Jalan: Sebuah Energi Kehidupan


Alvi Syahrin - Semua Berawal Dari Mimpi Dan Kemudian Menjadi Nyata


Mendung Pekat dan Indahnya Pelangi dalam Apa Pun Selain Hujan


Ada Apa Dengan Cinta? 2 - Setelah Beberapa Purnama Terlewati


Epik High's Happen Ending - Cinta dan Hubungan Antarmanusia


Soto Khas Lamongan Di Pandean, Ngoro


Kopi Luwak - Nongkrong Aman Sambil Berbagi Kopi dan Gelak


Pulau Sempu - Segara Anakan dan Hutan Terlarang


Tea Tasting Bersama Havelteh


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Empat)


Nyala Lilin yang Menerangi Wanita Itu di Kala Malam


Merah Balada