Taman Nasional Baluran - Afrika-nya Indonesia

06 Mar 2015    View : 10116    By : Nadia Sabila


Taman Nasional Baluran (TN Baluran) merupakan sebuah konservasi perlindungan satwa liar yang terletak di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Inilah yang sering disebut orang sebagai "Little Africa" atau Afrika-nya Indonesia. Pada Desember lalu, saya berkesempatan mengunjungi taman nasional yang sudah cukup sering menjadi pembicaraan para pelancong ini, terutama setelah kawasan ini mulai dibuka untuk umum.

Mungkin sebagian Artebianz yang pernah ke Pulau Bali melalui jalan darat, utamanya bus, juga pernah melalui hutan Baluran. Hutan ini sering disebut juga dengan istilah hutannya banteng, karena memang konservasi utamanya adalah banteng. Walaupun pada kenyataannya bukan hanya banteng yang menghuni kawasan ini. Luas Taman Nasional ini memang mencapai 25.000 hektar. Oleh sebab itulah, tak heran jika sebagian kawasannya juga ada yang melalui wilayah Banyuwangi.

Ke Baluran Dengan Mobil Pribadi

Menuju TN Baluran

Berangkat dari Situbondo Kota, saya pun menuju ke Kecamatan Banyuputih dengan mengendarai mobil pribadi, di mana TN Baluran berlokasi. Memasuki kawasan Taman Nasional, kita dapat melihat tulisan tanda telah memasuki Taman Nasional Baluran yang huruf-hurufnya terpancang besar layaknya ikon Hollywood. Sampai di situ, mobil masih harus berjalan sekitar 2 kilometer untuk menuju Desa Wonorejo, tempat gerbang masuk resmi TN Baluran berada. Sepanjang jalan menuju gerbang masuk, saya disambut oleh para "resepsionis berekor" alias kawanan monyet. Banyak sekali monyet berkeliaran di Baluran, baik berkelompok maupun sendiri-sendiri. Bahkan, di tengah perjalanan ada satu mobil keluarga yang berpiknik di pinggir hutan ditemani kawanan monyet.

baluran

Tiket Masuk Taman Nasional Baluran

TN Baluran berbatasan dengan dua desa, yakni Desa Wonorejo dan Desa Sumberanyar. Gerbang masuk resmi TN Baluran agak menjorok ke dalam, di sisi kiri jalan yang agak menikung dari arah Situbondo. Hampir saja kelewatan karena tidak terlalu mencolok mata. Begitu masuk, mobil diarahkan ke loket pengunjung. Tiket masuk satu mobil (Desember 2014) dikenakan biaya 15.000 rupiah, dan tiket perorangan dengan harga yang sama.

Dan ... dari sinilah safari kita dimulai (sekitar pukul 10 pagi). Jalan menuju savana tak terlalu mulus, pun tak terlalu lebar, di kanan dan kiri jalan hanya hutan atau rimbunan semak. Lebar jalan tak bisa lebih dari dua mobil berjajar, medan jalannya juga cukup kasar. O iya Artebianz, jarak perjalanan dari gerbang masuk hingga savana cukup jauh lho, sekitar 1-1,5 jam perjalanan atau sekitar 40 km. Oleh karena itu, periksa kendaraan sebelum masuk ya, dari tangki bensin hingga ban. Jangan sampai mogok di tengah hutan, karena tidak ada SPBU ataupun tambal ban. Hehehe..

Nuansa awal perjalanan adalah hutan semak kering dan hamparan bebatuan yang diselimuti oleh rumput hijau dan lumut. Semakin ke dalam, pepohonan makin lebat dan makin warna hijau makin pekat. Tak ada hewan yang "mencegat" kami layaknya di Taman Safari, karena memang, kemunculan hewan di TN Baluran ini tak bisa diatur. Jika beruntung, baru kita bisa melihat rusa melintas. Sepanjang jalan kami hanya bertemu dengan ayam hutan dan monyet.

ayam hutan

Evergreen Taman Nasional Baluran

Setelah beberapa lama, masuklah mobil ke area "Evergreen". Kawasan ini layaknya hutan jati yang basah. Pohon-pohon jatinya sedikit lebih tinggi dibanding area lainnya; rimbunan semaknya lebih rapat. Suasana di Evergreen memang lebih teduh, lebih dingin, dan lebih hijau.

evergreen

Selepas Evergreen, sampailah saya di kawasan Savana Bekol. Inilah salah satu "landmark" TN Baluran yang suasananya ke-afrika-afrika-an. Savana Bekol adalah hamparan padang rumput yang luas dengan satu dua batang pohon khas padang rumput yang tumbuh di kejauhan. Ada patok-patok bambu rendah di sepanjang savana bekol plus peringatan dilarang melangkah masuk melebihi patok. Namun, peringatan itu sepertinya agak percuma, karena para pengunjung cenderung melanggar, karena akan merasa sayang jika tak mengambil gambar di kawasan tersebut.

savana bekol

Savana

Kemudian, setelah melewati Savana Bekol, mobil saya bertolak hingga sampai ke sebuah pertigaan. Ke kiri adalah jalur ke menara pandang TN Baluran dan ke kanan adalah padang savana yang menjadi landmark utama TN Baluran. Di arah kanan inilah, suasana miniatur Afrika lebih terasa. Sampai di sana, saya disambut oleh gerimis hujan dan para "resepsionis berekor" yang mengharapkan lemparan makanan dari pengunjung. Di pertigaan ini juga terdapat gerbang kayu yang digantungi tengkorak-tengkorak banteng, yang makin menambah kental suasana safari. Di sabana utama ini, Gunung Baluran menjulang menjadi latar belakang bagi hamparan padang rumput dan kawanan rusa, sangat "Afrika". Kontur tanahnya pun bergumpal-gumpal dan terasa lunak saat saya menginjaknya. Sayangnya, saat itu mendung, sehingga tak lama kemudian gunung pun hilang dari pandangan karena tertutup awan putih tebal. Sayang sekali...

savana
Mobil saya mengambil arah kanan dahulu, karena sejalur menuju ke Pantai Bama atau Bama Beach. Di sepanjang jalan menuju Bama Beach, kami bisa melihat banteng dari kejauhan serta jerapah yang juga di kejauhan. Pohon-pohon di jalur ini berbeda jauh dengan Evergreen, pohon di area ini lebih ke jenis pohon palm yang mirip pohon kurma yang biasa tumbuh di daerah gurun. Nuansanya pun lebih kering dan gersang meskipun saat itu sedang musim hujan.

Bama Beach Dan Bakau Trail

Tak banyak yang bisa diceritakan dari Bama Beach. Pantai tersebut tak seindah bayangan. Menurut saya, pemandangan di Bama Beach tak terlalu istimewa dan cenderung agak kotor. Di sini sudah ada toilet umum, musholla, dan warung makan. Bama Beach ini sepertinya adalah "markas besar" bagi para monyet Baluran, karena banyak sekali monyet di sini. Ombak di Bama Beach sangat tenang, bahkan seperti membeku karena saya tidak melihat pergerakan sama sekali. Bahkan perahu pun terdampar di tepian.

Bama Beach
Yang sedikit lebih menarik justru Bakau Trail yang juga masih berada di kawasan Bama Beach ini. Pengunjung harus menelusuri hutan Bakau dengan berjalan kaki. Sulur-sulur akar bakau hitam saling silang di Bakau trail ini. Ada pula jembatan yang di bangun di tengah hutan bakau dan memungkinkan pengunjung untuk menerawang laut Bama dari pos gazebo yang dibangun di sudut-sudut jembatan hutan bakau. Dari salah satu pos, sudut pandang ke laut luas dan hembusan angin hangat sejenak lebih melenakan ketimbang Bama Beach yang terlalu tenang.

Setelah dari Bama Beach, saya dan rombongan berencana untuk memandang TN Baluran dari menara pandang yang tadi ke arah kiri dari pertigaan. Sayangnya saat itu hujan deras, sehingga rencana pun dibatalkan. Pada dasarnya bulan Desember memang kurang tepat untuk berkujung ke TN Baluran, Artebianz yang berminat ke TN Baluran disarankan untuk berangkat sekitar bulan Juni-September.

Backpacker Baluran Dari Surabaya

Adapula cara untuk berwisata ke TN Baluran dengan cara "ransel" atau backpacker. Berdasarkan pengalaman seorang kawan saya yang menggemari perjalanan ala ransel, ada cara murah untuk menikmati indahnya Baluran tanpa harus mempunyai mobil atau menyewa mobil. Berikut ini skema dan estimasi backpacker ke Baluran.

Dari Terminal Purabaya, carilah bus ekonomi yang menuju ke Banyuwangi, karena tidak ada bus yang langsung ke Baluran. Jangan tergoda oleh calo ya Artebianz, karena mereka suka memainkan harga karcis. Harga normal bus ekonomi SBY-BWI adalah Rp. 20.000 (Februari 2015)

Estimasi Biaya Wisata Murah Ke Baluran

Bus Banyuwangi pun tidak berhenti di Situbondo. Artebianz harus berhenti di pertigaan Probolinggo yang ada direktori menuju ke Situbondo. Di situ, Artebianz harus berganti bus lagi menuju Probolinggo kota, tepatnya di turun di depan Stasiun Probolinggo, dengan harga tiket Rp35.000. Dari situ, Artebianz bisa naik bus lagi yang langsung melewati TN Baluran dengan harga tiket yang sama.

Sesampai di Baluran, Artebianz bisa menyewa motor di pos penjagaan TN Baluran yang ada di gerbang masuk ataupun menyewa motor warga Desa Wonorejo. Sewa motor 24 jam dengan bensin penuh dibanderol seharga Rp100.000. Jika pintar negosiasi, Artebianz bisa masuk tanpa tiket jika sudah menyewa motor. Jika tidak, tiket seharga Rp15.000 tetap harus dibayarkan. Jadi total biaya yang harus disiapkan untuk perjalanan Surabaya-Baluran dengan bus kurang lebih sekitar Rp. 205.000 per orang.

Kalau Artebianz kuat jalan kaki untuk menyusuri TN Baluran sih juga tidak dilarang, namun selama ini sepertinya belum ada pengunjung yang berjalan kaki. Artebianz mau menjadi pemecah rekor? hehe

Destinasi paket backpacker ke Baluran biasanya tak hanya ke Baluran, tetapi juga ke objek-objek wisata lain di sekitarnya, seperti kawah Ijen atau pantai-pantai Banyuwangi yang memang satu jalur dengan Baluran. Untuk hal ini, kawan backpacker saya banyak dibantu oleh BPI Regional Banyuwangi yang digawangi oleh Bapak Meyhesa Rachmat. Komunitas tersebut akan sangat membantu bagi Artebianz yang bersungguh-sungguh ingin melakukan perjalanan ala backpacker untuk menjelajahi Banyuwangi dan TN Baluran. Untuk informasi selengkapnya, Artebianz bisa mengunjungi laman Facebooknya.

Selamat Bersafari di Little Africa!

kijang



Tempat wisata asyik lainnya:


Tag :


Nadia Sabila

Nadia Sabila adalah seorang jurnalis yang menggandrungi travelling dan makanan pedas.

Profil Selengkapnya >>

Wisata Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Ayah Dan Hari Ayah


Edwin Ruser dan KoreanUpdates - Menghidupkan Mimpi Lewat Passion


Legend of Sleepy Hollow - Cerita Horor Negeri Paman Sam


True Friend Never Die (Meung Gu): Arti Sahabat yang Sebenarnya


Menuju Senja - Payung Teduh


Ajibnya Bubur Kacang Hijau Ciliwung


Marathon Kafe Recommended Di Malang


Pulau Menjangan: Candu Pesona Bawah Laut


Adiwarna 2017: Karyakarsa - Eksposisi Daya Cipta dan Rasa DKV UK Petra


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Lima)


Twist and Shout (Part 2)


Aku Tak Ingin Lomba Balap Karung, Bu.