Pulau Menjangan: Candu Pesona Bawah Laut

25 Nov 2014    View : 6591    By : Nadia Sabila


Penjelajahan ke Pulau Menjangan ini bermula dari tawaran seorang teman saya, yang temannya mempunyai sebuah usaha travel wisata baru dan rutin mengadakan open trip. Travel tersebut bernama Jelajah Senja. Open trip yang diadakan oleh Jelajah Senja ini adalah sebuah perjalanan wisata terbuka dengan kuota 5-10 orang. Selama kuota masih ada, siapa pun bisa ikut serta. Jadi, bisa jadi dalam satu rombongan nanti kita tidak saling kenal. Namun, karena yang mengajak ini adalah kawan kuliah saya sendiri, setidaknya saya sudah kenal dengan satu orang peserta open trip.

Alasan-alasan yang membuat saya menerima tawaran open trip ini antara lain, pertama, tujuannya adalah Pulau Menjangan. Suatu objek wisata yang menurut saya belum umum. Kedua, ada tantangan baru di sini yakni snorkeling. Pulau Menjangan ini, katanya, merupakan salah satu snorkeling dan diving yang terbaik di Bali. Ketiga, akomodasi yang disediakan oleh Jelajah Senja cukup terjangkau. Dengan biaya 400.000 rupiah (bulan September 2014) dan keberangkatan dari Surabaya, peserta open trip sudah bisa menikmati keindahan Pulau Menjangan lengkap dengan fasilitas dan kebutuhan-kebutuhan snorkeling di Pulau Menjangan nantinya, berikut dokumentasi di atas dan bawah air. Dengan biaya 400.000 rupiah tersebut, semua akomodasi sudah ditanggung oleh Jelajah Senja, kecuali makan. Perjalanan ini juga dilakukan selama satu hari penuh, jadi tanpa menginap.

Tawaran yang cukup menarik bukan? Akhirnya, saya pun memutuskan untuk mendaftar.

Baca juga: Teluk Biru: Sambil Menyelam Tanam Terumbu

 

 

Snorkeling Tidak Harus Bisa Berenang

Baiklah, ada satu rahasia yang dengan terpaksa harus saya bocorkan di sini... saya tidak mahir renang, Artebianz!

Loh, terus kenapa nekat ikut snorkeling? Karena, snorkeling tidak mengharuskan seseorang untuk bisa berenang. Snorkeling bisa dilakukan dengan menggunakan life jacket (rompi berwarna neon menyala yang biasanya disediakan di pesawat atau kapal sebagai alat keselamatan). Dengan life jacket itu, sedalam apa pun lautnya, Artebianz akan tetap mengapung. Curang, ya? Hehehe.... Tentu tidak, karena menikmati keindahan lautan Indonesia adalah hak setiap warga negara dan Artebianz akan rugi sekali jika tidak mengambil kesempatan ber-snorkeling seperti ini.

Sejujurnya, saya tidak bisa berenang karena ada trauma akibat pernah tenggelam di kolam renang sedalam empat meter. Namun, setelah googling mengenai Pulau Menjangan dan melihat keindahannya melalui foto, rasa penasaran saya pun mengalahkan rasa takut saya karena tidak bisa berenang.

 

 

Ke Pulau Menjangan dari Surabaya

Hari keberangkatan pun tiba. Para peserta open trip Pulau Menjangan ini dikumpulkan di sebuah restoran cepat saji di bilangan Ahmad Yani Surabaya pada pukul delapan malam. Perjalanan memang dilakukan malam hari agar sampai pada pagi hari di sana. Dengan mengendarai sebuah minibus yang nyaman dengan seorang pengemudi profesional, rombongan pun berangkat. Minibus tersebut cukup lapang sehingga peserta open trip bisa tidur sebelum bersnorkeling ria esok hari.

Perjalanan dari Surabaya menuju Banyuwangi kurang lebih sekitar 6 jam. Itu pun kami juga sempat berhenti di minimarket ataupun toilet. Pukul dua dini hari, rombongan sudah sampai di Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. Sayangnya, kami tidak bisa langsung menyeberang ke Pelabuhan Gilimanuk, Bali, karena antrean. Portal antrean penyeberangan baru akan dibuka kembali pukul 4 pagi. Akhirnya, sambil menunggu giliran penyeberangan, kami pun menunggu sambil ngopi di sebuah minimarket serta sholat subuh di masjid terdekat. Sekitar pukul 4 lebih, mobil rombongan kami sudah naik kapal feri, dan kapal tersebut bertolak melintasi Selat Bali sekitar pukul 05.30 pagi menuju Gilimanuk.

matahari_terbit_gilimanukMatahari terbit di Selat Bali (dok.artebia)

Penyeberangan saat fajar seperti ini rawan membuat masuk angin. Udara saat itu sangat dingin sementara kami berada di dek kapal. Akan tetapi, kedinginan tersebut terbayar oleh pemandangan matahari terbit yang sangat menawan di Pulau Bali. Panitia juga sudah menyiapkan dokumentasi, akhirnya pemandangan indah ini pun diabadikan.

Baca juga: Pantai Pulau Merah Nan Meriah Di Banyuwangi

 

 

Jalan Mimpi, Pulau Menjangan, Bali

Pukul 6 pagi mobil rombongan kami sudah menjejak di Pulau Bali. Perjalanan dari Gilimanuk ke Pulau Menjangan tidak memakan waktu lama, hanya setengah jam. Akhirnya, minibus rombongan saya pun mulai memasuki Jalan Mimpi. Nama jalannya memang demikian dan di sekitar situ ada sebuah resort dan hotel bernama Hotel Mimpi. Nama yang unik tersebut ternyata memang merepresentasikan bahwa objek yang akan saya kunjungi ini seindah mimpi.

Sebelum snorkeling, kami disarankan untuk sarapan dulu oleh panitia. Jalan Mimpi tadi berujung pada sebuah kampung nelayan di pinggir laut, dan kami pun sarapan di satu-satunya rumah makan yang ada di situ. Nah, telitilah harga makanan di rumah makan ini ya Artebianz, menu-menu biasa seperti gado-gado pun di sini harga bisa 2 kali lipat dari harga biasa. Selain itu, untuk Artebianz yang muslim, saya sarankan lebih baik sarapan mi instan saja seperti saya. Karena selain harganya paling murah (satu buah mi instan dalam cup seharga 8.000 rupiah), kehalalannya juga terjamin.

 

 

Snorkeling Pulau Menjangan Bali

Petualangan dimulai!

Inilah kali pertama saya mengarungi lautan dengan hanya berbekal raga saya. Sebelum snorkeling, kami harus melakukan persiapan. Pertama, kami diperkenalkan dengan alat-alat snorkeling dan cara penggunaannya. Perlengkapan snorkeling yang disediakan saat itu adalah masker (kacamata muka berselang untuk pernapasan), kaki katak, dan life jacket (bagi yang merasa tidak bisa berenang). Baju yang digunakan untuk snorkeling bebas, boleh kaus biasa yang penting tidak menyusahkan kita saat bergerak dalam air.

Cara menggunakan masker snorkeling adalah dengan mengambil napas dalam-dalam hingga hidung kita bisa mengisap cover hidung yang menempel pada masker secara lekat. Janga sampai ada celah. Selang pernapasan terhubung pada pipa itu berujung karet, di mana karet itu harus digigit dan mulut kitalah yang akan melakukan sirkulasi udara. Singkatnya, hidung kita harus kedap udara dan kita akan bernapas melalui mulut selama snorkeling. Jangan lupa, pakailah krim tabir surya sebelum snorkeling agar kulit kita tidak gosong.

belajar_snorkelingBelajar snorkeling (dok.artebia)

Untuk menuju Pulau Menjangan dari Tanjung Mimpi, kita harus naik perahu dulu. Saya dan rombongan open trip menumpang perahu Pak Wayan. Orangnya baik dan sangat ramah. Jika Artebianz tidak ikut paket travel seperti saya, biaya persewaan perahu berkisar antara 700.000-900.000 rupiah per perahu bermuatan 12 orang.

Ternyata Pulau Menjangan ini belum cukup terkenal di antara turis domestik, tetapi sudah diserbu oleh turis asing penggila diving. Perahu-perahu selain boat Pak Wayan banyak yang mengangkut turis mancanegara, bahkan saat itu, bisa dikatakan bahwa kami adalah satu-satunya rombongan turis domestik. Inilah satu hal yang sedikit saya sesalkan, orang Indonesia sibuk mengumpulkan uang agar bisa berwisata ke luar negeri demi gengsi. Padahal, tanpa mereka sadari, negeri mereka sendiri adalah surga yang membuat iri orang asing.

Spot-spot wisata yang paling bersih dan indah justru "diperawani" oleh orang asing sementara orang Indonesia sendiri belum banyak yang mengetahui spot itu. Ironis ya, Artebianz?

Saya merasa beruntung bisa mengunjungi Pulau Menjangan saat pulau satu ini belum terlalu ramai. Air laut biru menghampar, mengombang-ambingkan boat kami menuju spot-spot snorkeling dan Pulau Menjangan itu sendiri. Air jernih dan bersih, dan makin menghijau ketika boat kami mendarat di spot snorkeling pertama: tepian pantai Pulau Menjangan. Spot ini terletak sekitar 15 menit berperahu dari Tanjung Mimpi. Tempat ini dipilih karena menurut Pak Wayan, pemandangan bawah lautnya luar biasa indah dan cocok untuk para snorkeler pemula untuk belajar beradaptasi.

Terus terang, saat diajari memakai alat snorkeling di Tanjung Mimpi tadi, hati saya kebat-kebit. "Bisa tidak saya ya saya menikmati snorkeling nanti?", "Tenggelam tidak ya?", pertanyaan-pertanyaan itu terus membenak. Namun setelah kaki saya menyentuh air laut dan melihat pesona Laut Menjangan ini, pikiran-pikiran pengecut tadi seketika lenyap tak berbekas.

Kami diminta untuk memakai peralatan, utamanya kaki katak dan life jacket sebelum turun dari perahu. Ketika saya sedang sibuk mengencangkan life jacket saya, bule-bule yang diangkut oleh perahu seberang dengan santainya menceburkan diri ke laut tanpai memakai alat apa pun selain bikini, kaki katak, dan masker.

Damn! Saya merasa pengecut sekali karena masih harus memakai life jacket seperti korban kapal tenggelam. Tapi, masa bodoh, ah! Terumbu karang, Nemo, here I come!

 

 

Palung Surga - Pulau Menjangan

Pak Wayan dengan sabar mengajari kami yang baru pertama ber-snorkeling ini. Tidak hanya saya, teman saya pun ternyata juga sama payahnya dengan saya dalam hal renang. Pertama-tama saya diminta untuk membenamkan kepala saya di air laut untuk menguji fungsi masker. Ajaib! Ternyata manusia bisa bernapas dalam air dengan masker itu meski lewat mulut (maklum ya Artebianz, pengalaman pertama snorkeling). Tahap selanjutnya saya disuruh Pak Wayan untuk berenang dengan life jacket dengan kepala harus selalu terbenam dalam air. Wah, saya langsung bisa, Artebianz! Saya bahkan seolah lupa kalau saya punya trauma. Kemaruk karena baru bisa, saya berenang-renang sendiri melihat tumbu karang di laut dangkal.

Pak Wayan mengapresiasi keberanian saya dan langsung menantang untuk menunjukkan "Palung Surga". Saya sendiri yang menamai demikian karena pemandangan bawah laut palung itu luar biasa indah. Kedalaman laut tempat saya saat ini tidak dalam, hanya 1,5 sampai 7 meter hingga tepi palung. Melihat keraguan saya, Pak Wayan menyambung kalimatnya bahwa ia akan menemani saya sampai tepi palung dan ia yang akan memfoto saya.

Saya langsung setuju. Lalu.... Subhanallah! Puji Tuhan! Makin dalam laut, makin luar biasa pemandangan terumbu karang di Pulau Menjangan ini. Masih bersih dengan ikan-ikan warna warni yang berenang ke sana kemari. Saya benar-benar lupa untuk mengangkat kepala saya dari dalam air sampai masker saya kemasukan air. Air masuk melalui celah masker dan berkali-kali saya rela menelan air laut asin karena belum mau berpaling dari pemandangan bawah laut yang menyihir itu.


palung_surgaBawah laut Pulau Menjangan (dok.artebia - Jelajah Senja)

Ketika hampir mendekati palung laut, Pak Wayan meminta saya berhenti berenang sejenak untuk diambil foto. Ikan-ikan badut tampak bersembunyi sekelebat malu-malu, Saya tidak bisa melihatnya dengan jelas karena saya mengapung sedangkan ikan itu jauh di bawah. Ingin rasanya saya melepas life jacket saya dan mendekati ikan-ikan jika tidak melihat bahwa di depan saya adalah palung laut gelap yang tidak terlihat dasarnya. Saya harus puas memandangi keindahan terumbu karang dari permukaan air, sementara Pak Wayan sudah menyelam ke dasar untuk mengambil gambar.

Setelah kehabisan napas dan seluruh masker saya terisi air, barulah saya minta kembali ke tepi. Pak Wayan membantu saya mengeluarkan air dari masker kemudian saya berenang ke tepi sendiri, dan anggota rombongan yang lain bergantian mengunjungi palung surga.

 

 

Pulau Menjangan

Pulau Menjangan sendiri adalah pulau terpencil yang di sana banyak hewan menjangan (semacam rusa) berlarian. Pulau ini kosong dan hanya ada pura berikut patung Ganesha raksasa serta kawanan menjangan. Turis bisa berhenti di pulau ini dan mengunjungi pura, dengan syarat berpakaian sopan dan tertutup.

Snorkeling belum usai, Pak Wayan mengajak kami ke laut yang lebih dalam, yakni lebih dari 10 meter, untuk melihat pemandangan lain yang lebih indah. Air yang menggelap memang meyakinkan saya bahwa laut ini memang dalam. Peserta yang sudah bisa berenang pun terus diwanti-wanti Pak Wayan untuk lebih waspada, karena selain dalam, arusnya cukup kuat. Saya dan teman-teman segera menceburkan diri ke laut dalam ini. Airnya lebih dingin daripada laut yang awal tadi Namun, pemandangannya lebih indah.

Ikan-ikan dan terumbu karang di laut bagian ini lebih beragam. Ada ikan zebra, ikan berwarna ungu yang saya tidak tahu namanya, ubur-ubur yang hilir mudik, bintang laut, dan banyak lagi. Sulit digambarkan saking indahnya. Karang-karang di sini nampaknya masih dijaga dengan baik karena banyak yang masih hidup dan serta masih bersih. Semoga keadaan seperti ini atau bahkan lebih alami, bisa bertahan selamanya.

Arus yang begitu kencang dan masker saya yang sudah benar-benar bocor, makin menyulitkan saya untuk bertahan lebih lama lagi mengarungi samudera dengan snorkeling. Akhirnya, saya pun mengakhiri petualangan dalam air luar biasa pertama saya ini dengan naik kembali ke perahu. Tak lama kemudian teman-teman yang lain pun menyusul dan akhirnya, kami kembali ke Tanjung Mimpi untuk membersihkan diri lalu pulang.

 

 

Seputar Pulau Menjangan

Singkatnya, titik permulaan untuk snorkeling atau diving di Pulau Menjangan ini ada dua. Pertama lewat Tanjung Mimpi seperti jalur saya ini. Kedua, langsung berperahu dari Watu Godek, Banyuwangi, karena pada dasarnya Pulau Menjangan ini masih berada di wilayah Selat Bali. Titik-Titik spot Pulau Menjangan ini pun sebetulnya banyak. Petanya dipampang di rumah makan di Tanjung Mimpi. Untuk hotel atau rumah makan, banyak ditemui di sepanjang Banyuwangi.

Dalam perjalanan pulang ke Surabaya, kami berhenti makan siang di sebuah restoran tepi laut yang sangat nyaman dan indah bernama restoran Nelayan Blambangan. Meskipun rumah makan ini punya view yang sangat bagus, harga makanannya cukup terjangkau, mulai dari 10.000 rupiah dan minuman mulai dari 5.000 rupiah.

Perjalanan bawah laut di Pulau Menjangan sangat berkesan bagi saya karena itulah pengalaman pertama saya mengarungi lautan dengan snorkeling, dengan efek samping ketagihan snorkeling. Satu hal yang terpenting, Indonesia merupakan negara kelautan yang sangat kaya. Kita punya surga laut yang luar biasa Artebianz! Untuk itu tetap sehat dan luangkan waktu sejenak untuk menikmati dan kemudian mensyukuri anugerah Tuhan berupa lautan dan isinya dengan menjaganya, atau setidaknya, tidak merusaknya.

Salam pelesir, Artebianz!

 




Nadia Sabila

Nadia Sabila adalah seorang jurnalis yang menggandrungi travelling dan makanan pedas.

Profil Selengkapnya >>

Wisata Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Stigma dan Tradisi: Menikah - Antara Tuntunan Agama dan Tuntutan Masyarakat


Nicoline Patricia Malina: Fotografer Cantik Muda Berbakat


Einstein Aja Ingin Tahu! (Jilid 2)


Suicide Squad - A Sweet Treat... Or A Sweet Threat?




De Oak Cafe Resto Surabaya


Gujo Cafe Surabaya: Cangkrukan Enak Bernuansa Tradisional-Modern


Candi Minak Jinggo - Candi Kecil nan Istimewa di Trowulan


Nasib Literasi di Era Digitalisasi


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Enam)


Cheongsam Bunga Teratai Mei Lien


Dua Windu Lalu, Lewat Hening Malam