Kemampuan Tere Liye dalam menulis, memang sudah tidak diragukan lagi. Banyak dari karya-karyanya mengalami cetak ulang dan sebagian besar berlabel best seller. Kali ini, Tere Liye menerbitkan novel terbarunya berjudul Tentang Kamu.

Happy Little Soul, sebuah buku yang ditulis oleh Retno Hening Palupi. Siapa dia? Dia adalah ibu dari selebgram (selebriti Instagram) bernama Kirana.
Usia Kirana—putri Retno Hening—baru menginjak 3 tahun, tapi kepandaian dan kelucuan tingkah polahnya membuat banyak orang jatuh cinta padanya. Saat review ini saya tulis, pengikut Instagram @retnohening sudah lebih dari 688.000. Bagaimana pengikut Instagram Retno Hening bisa sebanyak itu padahal bukan artis?

Glaze. 

Betapa saya kala itu amat tergoda dengan segala self-promotion yang dilakukan Windry Ramadhina. Tiap kali Ramadhina memamerkan ilustrasi buatannya—yes, Artebianz, she was the one who drew those beautiful illustration, saya dibuatnya girang sekaligus penasaran bukan kepalang.

Novel ini bercerita tentang cinta dan persahabatan antara Lucio, Andi, dan Dina. Mereka begitu dekat dan akrab, sehingga dua di antaranya akhirnya saling jatuh cinta. Namun, sedekat apa pun, setiap orang pasti memiliki rahasia. Sesuatu yang ingin disimpannya erat-erat. Bahkan dibawa mati. Rahasia apa dan siapa pemiliknya? Dalam Lucio, Baja Alatas dan Dewi Swis benar-benar cerdas menyimpan jawaban untuk dua pertanyan tersebut.

Setiap orang selalu berburu kebahagiaan. Baik mereka yang mengerti kebahagiaan seperti apa yang diinginkan, maupun mereka yang sama sekali nggak mengerti. Alasannya sederhana: setiap orang ingin berbahagi. Tapi, apa kebahagiaan tiap orang selalu sama? Apa... sebenarnya kebahagiaan itu?

Setelah sukses membuat pembaca Indonesia menggalau dengan Dear Nathan, di akhir 2016 ini Erisca Febriani kembali dengan Serendipity yang sekali lagi membuat pembacanya resah dan penasaran dengan kisah Arkan dan Rani, dua tokoh utama dalam novel tersebut. Penasaran dengan novel terbitan Inari ini? Sebelum menyerbu toko-toko buku (daring maupun luring), Artebianz bisa baca review Serendipity dulu di sini.

Sejujurnya, saya selalu seperti pembaca baru setiap kali Orizuka mengeluarkan novel drama-romance-mellow karena membayangkan kekentalan air mata, kesedihan, dan mellow dalam cerita yang ditulisnya. Bukan karena Orizuka sendiri sebenarnya, tapi bulu saya sebagai seorang book-eater selalu merinding lebih dulu setiap kali berhadapan dengan novel berbau mellow dan drama. Namun, ada yang berbeda dengan Apa Pun Selain Hujan. Saya selalu dibuat terkenang dan kembali membaca halaman demi halamannya lagi, dan lagi, dan lagi....

Cafe Waiting Love adalah sebuah novel yang melibatkan berbagai jenis racikan kopi, para pecinta yang menunggu cinta mereka, seekor kucing yang menyamar jadi luak, dan kecebong yang melompat keluar dari buku. Aneh? Sama sekali enggak, Artebianz. Ini adalah dunia rekaan Giddens Ko yang ajaibnya selalu berhasil merebut perhatian saya. Enjoy!

Belum setengah tahun, tapi Tim Artebia kebagian lagi membaca salah satu karya Andry Setiawan. Begitu membaca blurb di bagian belakang, yang terlintas di kepala saya adalah betapa cerita ini terkesan lebih kelam ketimbang karya Setiawan lainnya. Tapi, apa benar Sayap-Sayap Kecil berwarna lebih gelap pekat? Langsung saja baca reviewnya, yuk!

Mungkin, dalam sejarah penerbitan novel Indonesia hanya ada beberapa penulis yang dengan "rajinnya" membuat penggemar sekaligus pembaca setianya kocar-kacir. Salah satunya, dan yang paling gress, adalah Ika Natassa dan karya ketujuhnya: Critical Eleven. Konon, hanya dalam 11 menit 1.111 buku pre order habis terjual!