Pee Mak Phra Khanong (พี่มาก..พระโขนง): Cinta Tanpa Batas

12 Oct 2015    View : 21639    By : Arkana


Arka’s back.

Let’s start the review.

 

Berbicara mengenai film bergenre horror, kali ini saya akan memberikan suguhan yang berbeda dari biasanya. Ya, kali ini saya akan memberikan ulasan tentang film yang bergenre horror-comedy. Lho, emangnya horror-comedy itu ada, ya Arka? Ya, ada dong, Artebianz.

Let’s check it out.

Masih dengan film yang diproduksi oleh GTH (GMM Thai Hub), kali ini yang disutradarai oleh Banjong Pisanthanakun akan membawa kita pada film yang bergenre berbeda dari biasanya. Pisanthanankun bisa dibilang sukses dengan hampir seluruh film bergenre horror yang berhasil ia ciptakan.

Pee Mak (Thai: พี่มาก..พระโขนง; Phi Mak Phra Khanong) merupakan film yang ber-genre horror-comedy yang yang diadaptasi dari Mae Nak Phra Khanong; cerita rakyat yang berasal dari Negeri Gajah Putih alias Thailand.

 

Di awal cerita kita akan disuguhkan oleh adegan peperangan yang berlatar sekitar tahun 1850-1860-an. Pada saat itu Thailand masih menggunakan nama Siam yang dipimpin oleh Raja Mongkut. Pada saat itu Mak (Mario Maurer) bersama 4 sekawan yang konyol Aey, Puak, Shin, dan Ter sedang berada di medan perang. Ya, mereka berperang demi membela tanah airnya.

Tak lama setelah itu, Mak, Aey, Puak, Shin dan Ter kembali ke kampung halaman untuk menemui keluarga masing-masing. Saat ingin kembali ke kampung halamannya, Mak teringat bahwa sebelum pergi ke medan perang, ia meninggalkan sang istri yang sedang hamil tua. Mak tak sabar ingin kembali pulang ke rumah demi bertemu dengan sang istri dan anaknya.

Namun, sekembalinya mereka ke kampung halaman, tiba-tiba Mak dikejutkan oleh berita yang tidak mengenakkan. Orang-orang di kampungnya mengatakan bahwa Nak (Davikah Hoorne) istri Mak, telah meninggal dunia saat melahirkan putranya dan berubah menjadi hantu. Masyarakat di sana sangat takut dengan arwah gentayangan Nak dan merasa sangat terganggu.

Pee Mak 1
Si empat sekawan (Aey, Puak, Ter dan Shin). Sumber: jirayuri.wordpress.com

Mendengar cerita tersebut, Mak tidak percaya. Ia yakin itu hanya berita bohong atau gosip yang hanya ingin menghancurkan keluarganya.

Sayangnya, saat Mak tidak memercayainya, justru kejadian-kejadian horror satu per satu menimpa dirinya dan keempat temannya.

Beberapa hal unik yang saya temui saat menonton film ini. Di antaranya, saat saya sedang serius menonton, tiba-tiba saja di tengah-tengah percakapan antara Mak dan keempat temannya “terselip” beberapa humor yang membahas mengenai film-film yang fenomenal, seperti 300, Rocky, dan The Last Samurai. Bagaimana tidak, Artebianz. Di saat sedang genting-gentingnya peperangan dan bermaksud untuk memberikan semangat satu sama lain, ternyata “selipan” itu keluar.

Saat mendengar “selipan” tersebut, sungguh sangat tidak masuk akal dengan setting yang ditampilkan.

Sebenarnya saat saya menunggu momen-momen horror yang akan diberikan dari film Pee Mak ini, justru berakhir dengan guyonan-guyonan yang membuat saya tidak berhenti tertawa hingga akhir film. Ya, menurut saya antara horror dan komedi, porsi komedilah yang paling banyak disuguhkan. Momen-momen seram yang seharusnya menjadi “seram”, berubah menjadi komedi yang sangat pas oleh keempat teman Mak.

Humor yang mereka sajikan memang benar-benar tepat sasaran. Tidak hanya unsur komedi yang selalu ditujukan. Namun, adegan berbau romance juga diselipkan dibeberapa adegan antara Mak dan Nak.

Baca juga: The Swimmer (Fak Wai Nai Kai Ther): Ketika Persahabatan Menjadi Dendam

 

Bagi Artebianz yang pernah mendengar atau mengetahui tentang cerita Nang Nak, pastilah tahu. Cerita Nang Nak yang juga mempunyai adegan romance yang sangat menyedihkan ditampilkan kembali oleh sang sutradara, Banjong dengan cukup kuat. Meskipun porsi romance-nya tidak terlalu banyak, tetapi cukup membuat saya terharu dan terbawa suasana, di samping adegan konyol si empat sekawan (Puak, Aey, Ter dan Shin).

Di sisi lain, meskipun porsi komedinya cukup banyak, namun tidak membuat adegan romansa yang diberikan di dalam cerita ini terasa hambar. Misalnya saja adegan di saat Mak dan Nak sedang berduaan di sebuah pasar malam sambil tertawa bersama dan sesekali diselingi dengan rayuan gombal yang diberikan Mak kepada Nak, cukup membuat rasa penasaran saya terbayarkan.

Adegan tersebut jika dilihat sekilas memang terlihat biasa dan tak ada artinya. Namun, dengan adanya adegan tersebut maka kita akan diberikan gambaran sisi lain tentang seorang Mak yang sangat sayang terhadap sang istri. Meskipun klise, kesan indah dan romantis inilah yang membuat saya terharu ketika menontonnya.

Mak and NakMak dan Nak saat berada di pasar malam. Sumber: 3.bp.blogspot.co.id

Adegan romance yang diberikan menceritakan tentang betapa sempurnanya kehidupan Mak dan menjelaskan mengenai arti cinta sejati yang tak memandang bentuk atau wujud yang ia cintai. Film ini memberikan kita “pesan” bahwa agar kita tidak memandang hal buruk tanpa kita mengetahuinya lebih jauh.

Secara keseluruhan, jajaran pemeran yang banyak mendapat perhatian lebih yang pertama adalah si empat sekawan yang berpenampilan unik dengan bentuk rambut-rambut yang aneh dan gigi yang dihitamkan (Aey, Puak, Ter dan Shin).

Selanjutnya Davikah Hoorne, pemeran Nak yang sangat cantik, yang berani mengambil peran dengan berlatar peperangan dan menjadi “hantu”.

Bagaimana dengan Mario Maurer? Menurut saya, Mario tetap pada porsinya. Berperan cukup baik, tapi sangat disayangkan bahwa di dalam peran ini ia bersifat terlalu childish.

But, overall film ini salah satu hiburan yang menarik dan layak untuk ditonton semua umur dan sangat menyenangkan. Bagi Artebianz yang berharap banyak pada adegan horror yang sangat mencekam dan membuat bulu kuduk merinding, film ini memang tidak terlalu banyak menyuguhkannya. Namun, setidaknya kalian semua akan terhibur dengan film ini.

Mario and the gangMario bersama empat sekawan/Puak, Ter, Shin dan Aey. Ternyata aslinya ganteng-ganteng ya Smile Sumber: pantip.com

Baca juga: Warm Bodies - Menggali Kehidupan dari Kematian

 

 

Profil Film:

Poster Pee MakSumber: Movfreak.blogspot.com

Title Pee Mak Phra Khanong
Directed by Banjong Pisanthanakun
Produced by 

Jira Maligool
Chenchonnee Suntonsaratoon
Suwimon Techasupinun
Pran Thadaweerawutar
Vanrudee Pongsitthisak

Written by Nontra Khumvong
Banjong Pisanthanakun
Chantavit Dhanasevi
Starring Mario Maurer
Davika Hoorne
Pongsathorn Jongwilas
Nattapong Chartpong
Auttarut Kongrasri
Kantapat Permpoonpatcharasook
Music by

Chatchai Pongpraphaphan
Hualampong Riddim 

Cinematography  Narupon Sohkkanapituk
Edited by Tummarut Sumetsuppasok
Production company  GMM Tai Hub (Thailand)
Jorkwang Film 
Distribute by Intersolusindo Film (Indonesia)
Golden Screen (Malaysia)
Golden Village (Singapore)
Panasia (Hongkong)
Star Cinema (Philippines)
Release Date March 28, 2013
Running Time 115 minutes
Country Thailand
Language Thai

Baca juga: Life Arter Beth - Kehidupan Setelah Kematian

 


Tag :


Arkana

Arkana a.k.a Laura Lidya Monica Putri adalah seorang kutu buku, Thai-Holic (penggemar Film Thailand), yang memiliki hobi menulis.

Profil Selengkapnya >>

Review Film Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Stigma dan Tradisi: Perempuan, Terlahir Sebagai Penghuni Neraka


Widyoseno Estitoyo: Pebisnis Muda, Aktivis Sosial, Dan Pekerja Seni


The Giving Tree: Cinta Adalah Bahasa Universal


Guru Bangsa Tjokroaminoto


HiVi - Siapkah Kau Tuk Jatuh Cinta Lagi


Rujak Cingur Ala Bu Dah


Perpustakaan Bank Indonesia, Surabaya - Perpustakaan Umum Senyaman Perpustakaan Pribadi


Napak Tilas Aliran Lahar Gunung Merapi: Lava Tour Merapi


Foodiology TEDxTuguPahlawan, Ketika Makanan Lebih dari Sekadar Penahan Lapar


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Lima)


Tiga Puluh Tahunan (Part 1)


Kudemi Masamu