The Chronicles Of Audy 4/4

05 Jul 2015    View : 9166    By : Amidah Budi Utami


Ditulis oleh Orizuka
Diterbitkan oleh Haru
Disunting oleh Yuli Yono
Desain dan ilustrasi sampul oleh Bambang 'Bambi' Gunawan
Proofreader K.P Januwarsi
Diterbitkan pada Juni 2015
Genre fiksi, young adult, romance, comedy, drama, slice of life
Jumlah halaman 314
Nomor ISBN 978-602-7742-53-6
Harga  IDR59.000,00
Koleksi Perpustakaan Pribadi


Hai, Namaku Audy
Umurku masih 22 tahun
Hidupku tadinya biasa-biasa saja
sampai aku memutuskan untuk bekerja di rumah 4R
dan jatuh hati pada salah seorang di antaranya

Kuakui aku bertingkah (super) norak soal ini,
tapi kenapa cowok itu malah kelihatan santai-santai saja?
Setengah mati aku berusaha jadi layak untuknya,
tapi dia bahkan tidak peduli

Di saat aku sedang dipusingkan oleh masalah percintaan ini,
seperti biasa, muncul masalah lainnya

Tahu-tahu saja, keluarga ini berada di ambang perpisahan!

Aku tidak ingin mereka bercerai berai,
tapi aku bisa apa?

Ini, adalah kronik dari kehidupanku
yang masih saja ribet

Kronik dari seorang Audy

 

Saya tidak heran ketika mendapati para remaja negeri ini menggandrungi seri The Chronicles of Audy. Justru saya menanyakan faktor kedewasaan saya saat saya begitu menikmati novel teenlit ini seolah-olah saya termasuk golongan para remaja tersebut. The Chronicles of Audy adalah satu-satunya novel remaja yang sanggup membuat saya terjaga semalaman demi membacanya. Candu semacam ini berlaku untuk The Chronicles of Audy seri pertama, kedua, dan ketiga. Kekuatan utama dari seri The Chronicles of Audy adalah bahasa yang mengalir. Sangat mengalir. Selain juga drama keluarga yang menarik. Itulah sebabnya saya tidak bisa berhenti membaca sampai menjelang pagi.

Saat saya mendengar kabar bahwa buku ketiga yang diberi judul The Chronicles of Audy 4/4 telah terbit, saya tidak sabar untuk segera menikmatinya. Saya ingin segera mengetahui kelanjutan kisah Audy dengan R3 alias Rex Rashad, juga hubungan Audy dengan R2 alias Romeo yang masih misterius.

Okay Artebianz, are you ready to enjoy The Chronicles of Audy 4/4?

Bagi kamu yang belum membaca seri sebelumnya, kamu bisa baca reviewnya di seri pertama: The Chronicles of Audy 4R dan seri kedua: The Chronicles of Audy 21. Kak Niratisaya juga telah menjelaskan dengan detail karakter para tokohnya di review The Chronicles of Audy 21. Bagi kamu yang belum baca seri sebelumnya bisa tengok sebentar link referensi saya tadi.

Baca juga: Tentang Gaya Penceritaan Orizuka - Dari Manisnya Cinta Sang Pangeran Hingga Pahitnya Skripsi (I)

 

 

Bagian Per Bagian The Chronicles of Audy 4/4

Kencan Ala Audy Dan Rex

Di buku ketiga seri The Chronicles of Audy ini menceritakan kehidupan seorang Audy Nagisa pasca kepindahannya dari rumah 4R ke kos baru juga kehidupan Audy pasca pernyataan cinta Rex. Apakah ini akan berjalan mudah? Kenyataannya tidak!

Tidak jauh berbeda dengan seri keduanya, Audy masih saja dibuat bingung dan tidak habis pikir oleh remaja 17 tahun ini. Memahami seorang Rex Rashad sama rumitnya dengan memahami soal-soal aljabar. Walau begitu ada sedikit kemajuan pada hubungan mereka. Audy mengajak Rex nge-date dan diluar dugaan Rex menyetujuinya. Audy segera mencari referensi cafe-cafe di sekitar Yogyakarta dengan semangat 45. Audy merencanakan sebuah kencan romantis di sebuah cafe yang ada live music-nya. Kemudian seorang musisi mengajaknya untuk bernyanyi bareng.

Apakah Artebianz tahu ini kencan ala siapa? Kalau tahu berarti kita seumuran! Dan, apakah mereka benar-benar berhasil menjalani kencan romantis ini? Menurut kalian?

 

Romeo Dan Audy Semakin Dekat Secara Personal

Seperti yang sudah saya khawatirkan sebelumnya, ada kemungkinan terjadinya cinta segitiga sesama saudara. Rex-Audy-Romeo! Memang sih kedekatan Audy dan Romeo masih sangat samar. Apalagi saat ini Audy nyata-nyata naksir Rex yang tiba-tiba terlihat lebih imut dari sebelumnya. Dan, Romeo pun tahu kalau adiknya menyukai Audy. Tapi tetap saja kedekatan Audy dan Romeo tidak terhindarkan. Di buku ketiga ini mereka, Audy-Romeo, banyak melalui saat-saat manis bareng. Mulai dari tamasya bareng ke Taman Pintar, main game di Fun World, sampai nongkrong berdua di wedang ronde Alkid (alun-alun kidul Yogyakarta). Mereka juga saling berbagi rahasia, pun saling menjadi tempat bersandar saat salah satu dari mereka memerlukan sandaran.

"Kamu tahu kan, kalau kamu stress kamu selalu bisa datang ke aku", kata Romeo, membuatku berhenti melangkah. (halaman 189)


Terlahir Sebagai Seorang Genius

Seperti yang kita ketahui bersama, empat putra keluarga Rashad ini terlahir tampan dan genius. Regan dan Romeo lebih didominasi gen ganteng sedang Rex dan Rafael lebih didominasi gen genius. Di salah satu percakapan antara Audy, Rafael, Rex, dan Romeo terungkap bahwa Rex memiliki IQ 152.

"Kok nggak ngasih tahu sih, Rex?" sungutku, merasa ditikam dari belakang.
"Kenapa harus ngasih tahu?" Rex menjawab sambil mulai menumis.
"Rex, IQ kamu itu 152!" seruku, bangkit berdiri tanpa sadar. "Kamu bisa kenalan dengan 'Hai, aku Rex, IQ 152'!"
...
"B.J. Habibie nggak pernah memperkenalkan diri dengan 'Hai, aku Habibie IQ-nya 200?!'," tukasnya dingin. (halaman 44)

Namun menjadi istimewa bukan sesuatu yang mudah untuk dihadapi. Berikut adalah curhatan Rex atas apa yang dia alami dan rasakan selama ini:

"Di sekolah, aku selalu merasa tersiksa," lanjutnya.
"Nggak ada teman sekelas yang paham omonganku. Nggak ada pelajaran yang belum kuketahui. Nggak ada hal-hal yang membuatku penasaran. Pada akhirnya, aku belajar sendiri. Kebanyakan tidur di kelas." (halaman 155)
....
"Kenapa kamu bertahan di sekolah, Rex?" tanyaku. "Kalo sekolah begitu menyiksa, kenapa bertahan?"
Pandangan Rex kembali mengambang. "Papa menganggap sekolah itu penting supaya aku bisa berinteraksi. Aku nggak bisa bilang ke almarhum kalo aku sama sekali nggak pernah berinteraksi. Aku terlalu sibuk menahan diri."
"Menahan diri untuk apa?" Aku merasa tidak ingin mendengar jawabannya, tapi aku menanyakannya juga.
"Untuk tidak meralat guru yang salah nulis rumus di papan tulis. Untuk nggak berkomentar saat anak-anak sekelas nggak bisa ngerjain soal logaritma mudah. Untuk nggak ngerobek kertas ulangan yang pertanyaannya nggak cukup baik untuk dijawab." (halaman 157)

 

 

Audy dengan ke-Audy-annya

Kalau dipikir-pikir lagi tentang "Apa yang membuat saya tidak bisa berhenti membaca The Chronicles of Audy hingga menjelang pagi?".

Awalnya saya kira kerena di novel ini banyak karakter yang bisa membuat para cewek meleleh seperti Regan yang ganteng atau Rex yang genius. Tapi belakangan saya menyadari dan semakin mengagumi pilihan kata dan selera humor Audy yang sangat Audy (oke Artebianz, saya mengaku beberapa diksi saya barusan ketularan Orizuka).

Walau kadang saya gemas dengan sikap noraknya. Tetapi saya tidak menyangkal kalau selera humornya sangat menghibur saya terutama di saat-saat pikiran penat. Sikapnya yang selalu care juga salah satu kelebihan Audy. Bahkan saya kadang membandingkan diri saya dengannya. Mengutip apa yang dikatakan Rex bahwa Audy memiliki kualitas yang tidak dimiliki Rex, juga tidak saya miliki. Berikut beberapa sikap Audy yang ajaib:

"Kamu aneh," katanya, tidak bisa menyakitiku lebih dalam lagi.
"Duh?" Aku memutar bola mata. "Aku aneh sepanjang waktu, Rex. Namaku aja Aneh Nagisa.
(halaman 98)

 

Pernikahan Regan dan Maura

Salah satu special moment di seri ketiga ini adalah resepsi pernikahan Regan dan Maura yang tentu saja disambut bahagia oleh seluruh anggota keluarga. Saya juga turut berbahagia untuk Regan dan Maura. Setelah sekian banyak rintangan yang menghalangi, pada akhirnya mereka mencapai pelaminan juga.

Baca juga: Tentang Gaya Penceritaan Orizuka - Dari Manisnya Cinta Sang Pangeran Hingga Pahitnya Skripsi (II)

The Chronicles of Audy

 

 

Keistimewaan The Chronicles of Audy 4/4

Penjelasan di Beberapa Halaman Awal

Orizuka sangat berbaik hati mau menjelaskan secara singkat tentang apa yang terjadi pada Audy di dua seri sebelumnya, jadi bagi kamu yang nyasar membaca seri ketiga sebelum baca seri pertama dan kedua tidak akan terlalu dibuat bingung. Saya dulu juga membaca seri kedua terlebih dahulu baru baca seri pertamanya. Dan saya merasa baik-baik saja, tidak ada yang membingungkan. Tapi saya tetap menyarankan agar Artebianz membaca secara urut dari seri pertama. Saya bisa perkirakan kamu akan ketagihan dan menginginkan seri berikutnya.


Para Tokohnya Mengalami Perkembangan Bertahap

Salah satu keahlian Orizuka di seri The Chronicles of Audy adalah kelihaiannya menjaga alur cerita dan pergerakan para tokoh dengan sangat stabil. Mereka tidak stagnan tapi juga tidak berubah drastis. Saya ingat di seri kedua tokoh yang banyak mengalami perkembangan (perubahan) adalah Rafael dan Rex. Sedangkan di Seri ketiga ini tokoh yang mengalami perkembangan adalah Romeo dan Audy. Di bagian akhir Romeo muncul sebagai pahlawan keluarga, bahwa dia bukan sekadar pajangan di rumah itu, dia bisa melakukan sesuatu untuk keluarganya.

Kira-kira apa yang dilakukan Romeo yang mungkin saja membuat image-nya berubah 180 derajat terutama di mata Audy? Sorry Artebianz, I cannot tell it here. Check it yourself, okey? Kalau tentang Audy, di halaman mendekati akhir novel, dia tampak yakin dengan kemampuannya sendiri. Saya bersyukur atas hal itu karena saya sudah gemas dengan Audy yang norak dan kelewat cengeng (walau saya sebenarnya juga cengeng).

"Aku bisa ngerjain skripsiku sendiri," tekanku lagi. "Jadi, kamu habiskan waktu dengan Rafael aja, dan lihat apa kamu bisa percaya omonganku tadi."
Rex menatapku sejenak, tampak sangsi mengenai semua hal yang kukatakan tadi.
"Kamu nggak percaya aku bisa selesain skripsiku sendiri, Rex?" kataku, lalu mendengus, geli sendiri dengan rasa kepercayaan diriku yang entah datang dari mana. "Tenang aja, sebelum kamu pergi, aku udah akan diwisuda. Aku janji. Kamu nggak usah khawatir lagi."
(halaman 275)

 

 

The Chronicles of Audy Adalah Salah Satu Novel Berseri Yang Berhasil

Kalau Artebianz hobi membaca beberapa seri komik atau novel Jepang yang keren banget yang sepertinya mustahil ditulis oleh penulis Indonesia, Artebianz perlu membaca The Chronicles of Audy. Sebuah novel remaja berseri yang ringan dan membuat ketagihan. Novel remaja berseri satu-satunya di Indonesia yang berhasil menurut saya. Jujur saya belum pernah membaca Oppa And I Series karya kolaborasi Orizuka dan Lia Indra Andriana. Tapi perkiraan saya mengatakan The Chronicles of Audy lebih berhasil dari Oppa And I Series. Bagaimana menurut Artebianz?

 

 

Akhir Kata Untuk The Chronicles of Audy 4/4

Buku ketiga ini tidak sampai membuat saya meneteskan air mata (sekedar info saya nangis saat baca The Chronicles of Audy 21 tepatnya ketika Audy harus keluar dari rumah 4R). Tapi buku ini masih sebaik seri pertama dan keduanya. Tentu saja ceritanya dibuat makin seru. Banyak kejutan-kejuatan selain yang saya bocorkan diatas. Ada kejutan dari Rex, Romeo, dan Rafael yang saya simpan. Dan satu hal yang seharusnya tidak terlupakan yaitu tentang perkembangan skripsi Audy. Sorry, saya tidak akan membocorkan semua rahasia secara cuma-cuma. Tapi kalau Artebianz masih penasaran sampai nggak bisa tidur, bisa kirim pesan pribadi ke akun facebook saya, mungkin saja saya bisa menjawab rasa penasaran kamu.

Pesan untuk Orizuka, saya menantikan seri keempatnya. Semakin cepat semakin baik. Dan tolong jangan ada lagi perawat yang mengaku kalau Maura sering menceritakan tentang Audy bahwa Audy ini orangnya baik dan kocak. Audy sudah istimewa tanpa diungkapkan dengan kata-kata seorang perawat.

 




Amidah Budi Utami

Amidah Budi Utami adalah seorang perempuan yang bekerja di bidang IT dan menyukai seni, sastra, fotografi, dan jalan-jalan.

Profil Selengkapnya >>

Review Buku Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Om Telolet Om, Memanfaatkan Isu Viral Untuk Kemaslahatan Umum


Alvi Syahrin - Semua Berawal Dari Mimpi Dan Kemudian Menjadi Nyata


Dear Nathan, The Annoying Boy


Suckseed (Huay Khan Thep): Tumbuh Bersama Mimpi, Sahabat dan Cinta


Gambaran Cinta dalam Potret Sendu Lirik Lagu Eyes, Nose, Lips Versi Tablo


Goyang Kaki Dan Goyang Lidah Di Lontong Kikil Bu Dahlia


Milk Kingdom - Humble Place to Cast Away Your Boredom


Misteri serta Sejarah Jatimulyo dan Mojolangu, Malang (Bag. 1)


Literasi Februari: GRI Regional Surabaya, Gol A Gong, dan Tias Tatanka


My Toilet Prince - Pintu Pertama


Tiga Puluh Tahunan (Part 1)


Aku Berjalan (Dan Dua Puisi Lainnya)