Just So Stories Sekadar Cerita
20 Jan 2015 View : 3075 By : Nadia Sabila
Ditulis oleh | Rudyard Kipling |
Diterbitkan oleh | Gramedia Pustaka Utama |
Dialihbahasakan oleh | Maggie Tiojakin |
Sampul didesain oleh | Stave Andersen |
Diterbitkan pada | Desember 2011 |
Genre | fiksi, dongeng, children, young adult, fantasi |
Jumlah halaman | 160 |
Nomor ISBN | 978–979–22–7803–3 |
"Ayah, payah benar kita tidak tahu caranya menulis. Kalau kita bisa menulis, maka kita bisa mengirim pesan agar seseorang mengambilkan tombak baru."
"Taffy," tegur Tegumai. "Sudah berapa kali Ayah memperingatkanmu agar menggunakan bahasa yang sopan? Jangan sebut kata 'payah' di depan orang lain, tidak baik. Tapi Ayah setuju - kalau kita bisa menulis pesan ke rumah, masalah kita sekarang bisa dipecahkan dengan mudah."
Just So Stories Sekadar Cerita, sebuah kumpulan cerpen pengantar tidur yang dikarang oleh penulis novel klasik kenamaan, Rudyard Kipling, dan versi Indonesianya--buku yang saya baca ini--dialihbahasakan oleh penulis populer Indonesia, Maggie Tiojakin. Kipling, penulis berdarah India yang besar di Inggris, terkenal dengan karyanya The Jungle Stories, menunjukkan kepiawaiannya dalam membuai anak-anak dengan dongeng-dongeng indah penuh pesan moral sebelum mereka terlelap di buku ini. Tak heran jika penulis sekaliber Maggie Tiojakin terpikat untuk menerjemahkan dongeng-dongeng penulis peraih hadiah nobel tersebut.
Kesan Pertama Membaca Just So Stories
Kesan pertama saya saat membaca cerita pertama dalam Just So Stories Sekedar Cerita adalah... mengantuk.
Terbukti bukan, betapa andalnya Kipling dalam merangkai cerita pengantar tidur ini, hehehe...! Walaupun bisa dibaca secara acak, namun saya lebih suka membaca buku atau cerita secara runut dari awal hingga akhir.
Cerita pertama berjudul Kenapa Paus Tidak Bisa Memakan Manusia mengisahkan kecerdikan seorang Pelaut agar dirinya tidak berakhir menjadi makanan paus. Pada dasarnya, dongeng-dongeng dalam buku ini sarat dengan pesan-pesan bijak dalam hidup, terutama untuk diajarkan pada anak-anak. Amanat yang dapat diambil dari cerita pertama tersebut adalah mengajak anak untuk berpikir cerdik dan berjiwa pemberani meskipun yang dihadapi adalah masalah besar yang dilambangkan sebagai seekor paus yang bisa melalap apa saja dalam cerita ini.
Rudyard Kipling
Baca juga: Dunia Cecilia - Dialog Surga Dan Bumi
Kisah Yang Paling Saya Sukai
Ada dua cerita yang merupakan cerita bersambung dalam buku Just So Stories ini, judulnya: Surat Bergambar dan Bagaimana Alfabet Dirumuskan. Cuplikan kalimat prolog di atas adalah sebagian dialog dalam cerita Surat Bergambar. Dua judul tersebut cukup menarik bagi saya, karena dari cerita itu, kita bisa mengetahui bagaimana manusia pra sejarah menciptakan tulisan (tentu saja sejarah versi Kipling) sehingga mudah dipahami oleh anak-anak.
Bagaimana asal mula bentuk huruf
Kipling menyampaikan makna pentingnya manusia untuk bisa membaca dan menulis dengan sisipan humor. Dalam cerita tersebut, dikisahkan bagaimana repotnya manusia jika mereka buta aksara, bagaimana seorang pendatang dari desa lain yang tak bersalah, harus terima dilumpuri oleh ibu Taffy (tokoh dalam cerita) akibat ibu Taffy yang salah mengartikan gambar pesan yang dibuat oleh anaknya. Dikisahkan pula bahwa bentuk abjad-abjad latin yang kita kenal saat ini berasal dari rupa mulut manusia saat melafalkan vokal atau konsonan.
Taffy dan ayahnya
Ada pula cerita berjudul Kepiting Dan Lautan Luas. Cerita tersebut juga cukup menarik bagi saya, karena pada bait sajak (yang selalu dicantumkan di akhir cerita) tersurat pengetahuan umum tentang kelautan yang bertujuan untuk membangkitkan rasa penasaran anak sehingga mereka mau mencari tahu dan belajar. Kipling berhasil menyampaikan ilmu geografi dalam kemasan sejarah dan dongeng.
Baca juga: Simple Thinking About Blood Type 3
Kesan Umum Just So Stories Dan Rekomendasi
Kisah pengantar tidur ini secara esensial adalah sebuah karya sastra sangat indah dan jelas menunjukkan daya imajinasi penulisnya yang luar biasa, membuai namun mengarahkan ke realita. Tak heran jika Kipling dianugerahi nobel sastra. Maggie Tiojakin pun tampak berupaya keras memilih diksi-diksi yang tepat agar pesan utama cerita tetap tersampaikan tanpa Maggie harus menyaingi Kipling.
Terlepas dari estetika sastranya, satu hal yang tak bisa dihindari dalam membaca buku ini adalah.... kebosanan. Jika dibaca oleh orang dewasa, kisah-kisah dalam Just So Stories adalah penjemput kantuk yang ampuh. Entah mengapa, saya secara pribadi sering merasa dongeng-dongeng terjemahan akan terasa janggal jika diterjemahkan, terutama jika menggunakan teknik borrowing. Untungnya, Tiojakin nampaknya paham betul dengan kemungkinan seperti itu, sehingga saya bisa merasa tidak terlalu janggal ketika membacanya.
Kalimat-kalimat dalam beberapa ceritanya pun ditulis dengan style khas dongeng Eropa: satu kalimat yang ditumpuk dengan kalimat-kalimat lain sehingga membentuk sebuah jalinan cerita. Just So Stories saya rekomendasikan bagi Artebianz yang sudah mempunyai buah hati dan memiliki kebiasaan mendongengi putra-putri sebelum tidur. Atau bisa bagi Artebianz yang berprofesi sebagai guru bahasa. Selamat bermimpi indah :)
Baca juga: Intertwine - Takdir Yang Berjalin

Nadia Sabila adalah seorang jurnalis yang menggandrungi travelling dan makanan pedas.
Profil Selengkapnya >>