Kerinduan yang Patah
09 Jan 2016 View : 3238 By : Tsaidun
Bentangan merah memanjang terurai seakan menyambutku
Disertai dekapan singgasana tanpa mahkota
Bukanlah sekedar hiasan, seperti anugerahNya
Sesungguhnya hidup ini penuh perumpamaan
Seperti bangunan dengan lambang sebuah hati
Menjanjikan asa untuk diraih hingga,
Terbuka lebar kedua tangan untuk menengadah
Tertunduk lesu kepala ini karena beban yang terukir
Berharap dari untaian kata membentuk kalimat
Meski dari dalam terselip tanda tanya
Source of the illustration: here.
Sayang, kekuatan diri tidak mampu membendung fatamorgana.
Kenapa tidak seperti mereka peran yang terjalani
Bersenandungkan lagu tentang segenggam intan permata
Teriring syair hidup dalam peluk buaian duniawi
Kini kilauan yang kupijak menyerap dingin nadi tapak kakiku
Seakan menyempurnakan mimpi yang kualami
Semakin terdongak dalam ketidaksabaran
Meskipun jarang, selalu kupanggil namaMu
Hangatnya semakin luruh dalam nadi hidupku
Menguap, seiring tanggung jawab dari buah cinta yang ada
Tak ubahnya perjalanan waktu, lekat dalam langkah yang lelah
Berbalut keinginan untuk tetap berdiri dalam bergeraknya ego

Tsaidun adalah seorang spiritualis yang gemar membaca buku, khususnya psikologi dan filsafat. Pria yang sempat bekerja di salah satu perusahaan internasional ini lahir dan besar di Surabaya.
Profil Selengkapnya >>