Menjelang Telah Tiba Datang

09 Sep 2015    View : 1831    By : Nadia Sabila


Saatnya telah tiba..

...

Kala utas akan benar terlepas
Denting dawai menjelma rantai,
Menguntai,
Terkupas tak tuntas

Saatnya telah tiba..
Kala kata adalah doa
Dan janji pantang diingkari
Merampas, mendera
Berganti sepi mengisi hari

Saatnya telah tiba..
Kala rindu lancang singgah
Perih tak terperi, pecah membuncah
Terbayang kita menjamah bayang kaca
Meraga jiwa, mengobat luka

Saatnya telah tiba..
Saat ini pernah terjadi sebelumnya
Bahkan lama,
Bagai deja vu yang tak sempurna
Mungkin karena lara lebih terasa

Saatnya telah tiba..
Katanya, hanya tentang beda letak
Bukan retak, bukan pula tak berdetak
Kita hanya merajut jaring asa
Menyulam cita menjadi lembar cerita

Saatnya telah tiba..
Kala sua terasa amat berharga
Kala satu zarah masa terasa berjuta tahun cahaya
Kala raga meraga tanpa kaca
Benar-benar diri kita

Saatnya telah tiba..
Ini memang tentang renjana
Tak setinggi Rinjani
Namun sedalam Samudera Hindia
Sejauh jarak kita

Tunggu sembilan purnama, kata Rangga pada Cinta
Itu mereka, sementara kita,
Bisa jadi sembilan berganda
Tapi mereka hanya kisah drama, sementara kita ada nyata
Membiasakan diri dari ada menjadi tak selalu ada

Saatnya akan tiba
Untuk berkata saatnya telah tiba
Segera, tak lama
Berselang menjelang sang telah tiba datang




Nadia Sabila

Nadia Sabila adalah seorang jurnalis yang menggandrungi travelling dan makanan pedas.

Profil Selengkapnya >>

Puisi Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Stigma dan Tradisi: Laki-laki, Perempuan... Mana yang Lebih Baik?


Alvi Syahrin - Semua Berawal Dari Mimpi Dan Kemudian Menjadi Nyata


The Chronicles Of Audy 4/4


Begin Again - Selalu Ada Jalan untuk Bangkit dan Menjalani Hidup


Adele's Hello - Apa Kabar Masa Lalu?


Soto Khas Lamongan Di Pandean, Ngoro


7 Mal Dan Tempat Nongkrong Dengan Toilet Asyik Di Surabaya


Pantai Kutang - Keindahan Pantai Perawan Di Lamongan


WTF Market - Moire: A One-Stop Entertainment Market


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Kedua)


Kabut Rindu


Halusinasi