Burgerman - Burger Home-Made Khas Surabaya yang Selalu Bikin Ketagihan

13 Dec 2015    View : 4548    By : Niratisaya


Sudah lama saya mengetahui keberadaan Burgerman, burger khas Surabaya, yang diperkenalkan pada saya sebagai salah satu burger "independen" (non-franchise) yang berhasil bertahan lebih dari lima tahun—delapan tahun lebih tepatnya. Mendengar itu, tentu saja saya langsung tertarik dan berpikir, apa yang bisa membuat Burgerman bertahan begitu lama. Bukan jenis franchise pula.

Burgerman Indoor

Tapi….

Berhubung saya punya trauma, pengalaman sedih, dan kekecewaan tersendiri pada burger (yang akan saya ceritakan di sini)… saya nggak pernah benar-benar pergi mengunjungi burger yang lokasinya berdekatan dengan Mirota ini.

Sampai suatu hari, terdorong rasa penasaran, saya akhirnya pergi mengunjungi Burgerman.

 

 

Baca juga: Oost Koffie & Thee - Rumah Kopi dan Teh yang Menawarkan Lebih Dari Kenyamanan

 

 

Burgerman: Da Place

Seperti kebanyakan tempat nongkrong ala anak muda, Burgerman pun hadir dengan interior yang menonjolkan desain yang santai dan spontan ala anak muda. Khususnya di area outdoor.

Di bagian outdoor, Artebianz akan segera disambut beberapa meja bundar dan sekitar empat besar, yang terakhir ini ditujukan untuk kamu yang membawa sekompi teman. The thing that I like about those tables is bagaimana meja dibuat berdasarkan wujud asli kayunya, yang dilakukan oleh owner (atau mungkin desainer untuk interior Burgerman) hanyalah mengecat meja dan memberinya sempotran gambar burger.

Salah satu interior lain yang bikin saya berpikir kedinamisan dan spontanitas yang menjadi semangat anak muda adalah wastafel dan lampu. Desain keduanya dibuat out of the box.

Untuk Artebianz yang cuma bawa satu teman, atau satu pacar (ya, iyalah… masa bawa dua?!), dan pengin ngerasain A-Se—Angin Semilir—ada satu meja yang khusus buat kamu di dekat meja konter.

Burgerman Outdoor"Ayooo... ayo! Mana makanannya?!" My bawel and vivavious niece said.

Sementara untuk Artebianz yang lebih suka ditiup semilir AC, kalian bisa masuk ke ruang indoor Burgerman yang ada di pojok kanan. Ada empat meja di bagian indoor, siap menampung Artebianz dan teman-teman yang pengin mengabiskan waktu ngobrol santai sambil makan.

Kalau di area outdoor Artebianz dapat hiburan dari suara-suara di sekeliling Burgerman, di area indoor tersedia teve kabel. Saya mendapat hiburan dari YG Family sewaktu mengunjungi bagian indoor burger yang berdiri sejak tahun 2007 ini.

Burgerman Outdoor

Ambiance di tempat ini sendiri cukup asyik. Kalau siang sampai sore, saya prefer bagian outdoor karena meski di luar tapi masih teduh dan matahari nggak akan menyentuh kulit kita. Kecuali pas Surabaya lagi panas kentang-kentang (baca: panas banget-nget!!) kayak beberapa bulan lalu.

Ruang indoor paling enak buat pas maleman, hanya saja… buat yang nggak kuat AC, pilih tempat duduk yang pas di hatimu, ya. Kalau nggak, pulang-pulang ntar punggungnya minta dihias tato merah Tongue Out

Baca juga: La Ricchi - Gelato Kaya Rasa di Surabaya

 

Burgerman: Da Food

Nah, ini permasalahan saya; I got hate and love relationship with Burgerman. I hate to admit that Burgerman changes my palate and makes me addicted to its patty and mayo—which both of them are home-made AND fits my taste. I hate that they ruin me for any fast food chains that I could reach within few minutes.

Yap, rumah saya cukup strategis bagi saya untuk bisa menghampiri si Kolonel, si Badut, atau si Beruang dengan berjalan kaki.

But, I REALLY LOVE their menus. Mulai dari yang berbasis burger dengan patty ayam atau daging sapi sampai spaghetti-nya.

Burgerman's burger

I like Burgerman's bun, sewaktu menggigit burger khas Surabaya ini saya nggak nggak berasa seperti sedang menggigit sponge lapis dacron. And I adore their patty yang terasa seperti dibuat tetangga atau keluarga kamu—dalam artian it’s quite buff, bukan sekadar potongan daging cincang dengan satu-dua bumbu. Inilah yang membuat semua makanan home-made terasa istimewa, seperti Burgerman, karena rasanya nggak seperti patty yang dibuat dengan bantuan mesin (baca: kaku, keras, dan tipis).

Burgerman's burger take out!Taking out these delicious bundles for the nephews and nieces.

Dan mayonya?

I think Mbak Rachmadian Dendar, salah satu owner sekaligus creator menu Burgerman perlu memproduksi mayo khas Burgerman secara masal. It’s soooo delish! Lembut dan rasa tangy-nya nggak terlalu tajam, pas banget buat lidah Suroboyo saya.

My BurgermanSekilas memang tampak biasa, apalagi ini setelah beberapa jam rapat, tapi tetap delish!!!

Bahkan keponakan-keponakan saya menyukai burger ala Burgerman.

As for me? I’m healed from my anti-burger act. Hanya saja… burger itu HARUS dibeli di Burgerman.

Burgerman's spaghetti

Untuk spaghettinya… sebelas dua belas dengan burger-nya. I LOVE IT. Rasanya lembut, thanks to the sauce yang nggak merah-merah amat. Dan saya nggak hanya merasakan dominasi merica seperti kebanyakan spaghetti di tempat-tempat nongkrong. Sekarang saya nggak yakin apa bisa menikmati spaghetti di tempat si Kolonel kalau lagi berkumpul dengan teman-teman….

Ini nambah dosa nggak sih, Mbak Rachmadiannya?

Cumaaan, untuk french fries, saya dapat pengalaman pertama yang kurang asyik. Crispy dan garingnya sudah pas, hanya mungkin mas yang menangani potongan-potongan kentang goreng nggak berdosa itu  terlalu bersemangat sewaktu kasih garam. Walhasil, saya sempat merem-melek karena mencerna asupan iodium yang berlebih.

Burgerman's spaghetti take out

Untuk minuman, menunya lebih humble dan standar anak-anak muda. Yang sudah saya coba adalah softdrink, milo, dan capucchino. Dan semuanya, di sini maksud saya milo dan capucchino, cukup decent. Kalau softdrink mah sudah standarisasi yak rasanya.

 

 

 

 

 

 

 

Baca juga: Kedai Tua Baru Surabaya: Sajian Ala Malaysia-Jawa

 

Burgerman: My Final Verdict

Masih perlu? Tongue Out

Oke, saya akan menjelaskannya dalam satu kalimat. Burgerman has officially ruined me for any of those franchise fast food restaurant. Saya resmi menjadi salah satu dari langganan Burgerman yang nggak akan bisa mburger kalau bukan di Burgerman.

Berlebihan?

Burgerman's menus

Sebaiknya kamu coba dulu mburger di Burgerman sebelum mencela saya, Artebianz.
Trust me, Burgerman will ruined you for another burger too. Atau paling nggak, dia bakal menyusup di memori dan hati kamu. Tsaaah!

 


Alamat  Jl. Bawean No. 37 Surabaya
Jam operasi

Kamis-Minggu: 10.00-23.00

Selasa- Rabu: 15.00-23.00
Telepon  +62 8123 12 65 600
Harga  Rp6.000,00 sampai Rp40.000,00
Instagram

 burgerman_id

Twitter

 heyburgerman

Baca juga: Libreria Eatery - Tempat Pas untuk Memberi Makan Perut dan Otak

 

 

Salam sendok dan garpu,
N

 


Tag :


Niratisaya

Niratisaya a.k.a Kuntari P. Januwarsi (KP Januwarsi) adalah Co-Founder Artebia yang juga seorang penulis, editor, dan penerjemah.

Profil Selengkapnya >>

Nongkrong Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Ketika Media Sosial Menghilangkan Esensi Makhluk Sosial


Tentang Gaya Penceritaan Orizuka - Dari Manisnya Cinta Sang Pangeran Hingga Pahitnya Skripsi (I)


Teluk Hijau Banyuwangi


Gone Girl - Ketika Cinta Berakhir, Yang Tersisa Hanyalah Kematian


Lalu Abdul Fatah - Profesi, Delusi, dan Identitas Diri


Goyang Kaki Dan Goyang Lidah Di Lontong Kikil Bu Dahlia


Coffee Bean & Tea Leaf Surabaya Town Square


Kisah Tentang Himawari


Happy - Mocca Band (Dinyanyikan Ulang Oleh Aldin)


WTF Market Kembali All Out Untuk Surabaya


Hati Terlelap Bahagia


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Enam)