Teacher's Diary (Khid Thueng Withaya) (2014): Penghargaan Guru di Thailand

24 Jun 2015    View : 24210    By : Arkana


“Apakah mungkin kita jatuh cinta kepada seseorang yang belum pernah bertemu sebelumnya?”

Teacher's Diary
Gambar diambil dari tmzloverz.blogspot.com

Teman-teman juga pernah mendengar kalimat ini sebelumnya, bukan? Kalimat ini ada pada salah satu film Thailand yang cukup terkenal berjudul Teacher’s Diary. Film Teacher’s Diary merupakan sebuah film mengenai bagaimana perjuangan guru-guru yang mengajar di tempat-tempat terpencil. Semangat dan dedikasi mereka dalam hal mengajar sangatlah tinggi. Jadi, wajar saja film ini mendapat penghargaan yang luar biasa. Film ini ditayangkan perdana pada tanggal 20 Maret 2014.

Teacher’s Diary terinspirasi dari kisah nyata dua orang asing yang bernama Ann & Song, yang mengajar pada sebuah sekolah apung (sekolah dengan bangunan sederhana di atas air) bagi anak-anak nelayan dan menemukan cinta sejatinya melalui halaman-halaman buku harian yang hilang. Film ini termasuk drama romantis yang di produksi oleh GTH (salah satu rumah produksi Thailand), berdasarkan diary guru (Ann) yang tertinggal.

Baca juga: Present Perfect: Seandainya Waktu Dapat Diputar Kembali

 

Ann adalah seorang guru yang sebelumnya mengajar di sekolah apung tersebut. Secara kebetulan, buku diary tersebut ditemukan oleh seorang guru laki-laki (Song) yang menggantikan Ann pada tahun ajaran berikutnya. Pada akhirnya buku diary tersebut dibaca oleh Song dan secara tidak langsung menjadi sebuah ikatan emosional yang cukup kuat bagi mereka, yang belum pernah bertemu sebelumnya tersebut mampu jatuh cinta.

Khru Anngambar diambil dari popv.wordpress.com

Film ini mengangkat kisah nyata yang dikemas dengan cukup menarik. Dalam film tersebut kita benar-benar merasakan bagaimana perjuangan mereka dalam mengajar dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Kisah nyata dan menginspirasi ini terjadi di sebuah sekolah apung bernama "Bann Ko Jatson School (Floating Class Branch)" di Li District, Lamphun Province di utara Thailand. Namun, saat proses syuting mereka tidak menggunakan lokasi tersebut. Mereka melakukan syuting di salah satu sekolah apung di Kang Ka Jan Natural Park di Phetchaburi Province.

Ketika kita menonton film ini hal pertama yang kita bayangkan adalah film Laskar Pelangi yang diadaptasi dari novel Andrea Hirata, yang mengangkat tema ‘guru’—tentang perjuangan guru dalam mengajar, keterbatasan alat-alat penunjang sekolah atau sarana & prasarana, masalah listrik dan bagaimana sang guru menghadapi berbagai macam karakter siswa-siswanya yang berbeda setiap anaknya.

Hal yang menarik dalam film ini adalah ‘jiwa guru’ dalam hal pendidikan yang tinggi. Memastikan bahwa anak-anak yang diajarkannya mendapat pendidikan dan penjelasan yang sama dengan teman-temannya. Dan yang terpenting adalah kasih sayang, kepedulian dan kegigihan guru dalam mengajar agar siswa-siswanya berhasil.

Baca juga: Stigma dan Tradisi: Berhenti Belajar! Mari Mulai Berpikir dan Menciptakan

 

Melalui film ini kita bisa melihat bagaimana dua guru melewati saat-saat masalah telah mencapai puncaknya dan titik kejenuhan dari menjalankan profesi guru dengan anak-anak yang cukup terbelakang. Ketika masalah tersebut telah melebihi kapasitasnya, Ann, ia melompat tepat ke tengah danau, meskipun ia tidak bisa berenang. Ia melihat bahwa terkadang sosok guru tidak harus ideal.

Ann mewakili guru yang lebih baik—yang lebih cerdas dan lebih terampil. Sementara itu, Song harus mengajar dengan caranya sendiri yang sangat berbeda dengan Ann, secara pribadi sebelum mempresentasikannya di hadapan anak-anak. Tapi dedikasi Song menghangatkan hati dan mampu mengemban tugas sebagai guru serta dicintai anak-anak.

Khru Songgambar diambil dari ganool.co.id

Song menghadapi masalah-masalah yang terjadi di sekolah apung itu sendirian. Ia kembali membangun kembali sekolah apung tersebut bersama para muridnya, sekolah yang rusak akibat hantaman badai kencang. Song juga kembali memperbaiki diary yang rusak dan basah akibat terendam air. Sekuat tenaga ia berusaha agar diary tersebut bisa ia gunakan sebagai pedoman dalam menghadapi anak-anak. Bukan hanya itu, Song juga melacak anak-anak yang sempat memutuskan untuk berhenti sekolah dan membujuk mereka agar kembali bersekolah. Tanpa Song, sekolah kemungkinan tidak akan bertahan.

Baca juga: True Friend Never Die (Meung Gu): Arti Sahabat yang Sebenarnya

 

Salah satu percakapan yang menarik adalah saat  Ann kembali memutuskan mengajar di sekolah apung, ia bertemu dengan muridnya (Chon) yang dulu telah berjanji tidak akan berhenti sekolah apapun terjadi. Namun sayang, keadaanlah yang mengubahnya. Sang anak memutuskan berhenti sekolah dan akhirnya kembali bersekolah karena bujukan dari Guru Song.

Khru Anngambar diambil dari youtube.com

Guru Ann : Kau memutuskan kembali bersekolah?
Chon

: Iya Bu. Semester kemarin, Khru Song meminta ayah saya
untuk memancing setiap akhir pekan. Dan sebagai gantinya,
dia meminta ayahku agar aku kembali bersekolah
melanjutkan kelas enam di sini.

Guru Ann : Dan apa kau benar-benar ingin belajar?
Chon

: Pak Song bilang, saya lebih baik belajar agar
tidak seorang pun yang bisa menipu.

Di sini bisa kita simpulkan, bahwa menjadi seorang guru bukannya menguasai materi semata. Namun, kita harus bisa membangun mental anak-anak agar bisa menjadi pribadi yang lebih baik. Karena kelak, yang akan membangun generasi masa depan adalah anak-anak dengan pribadi yang baik dan kuat yang akan mengambil peran dalam masyarakat.

Baca juga: Guru Bangsa Tjokroaminoto

 

 

Profil Teacher's Diary:

Movie : Teacher's Diary
Thai : คิดถึงวิทยา (Kid Teung Wittaya)
Director : Nithiwat Tharathorn

Writer

: Nithiwat Tharathorn, Thodsapol Thiptinkorn, Suparuek Ningsanon, Sopana Chaoviwatkol

Producer

: Jira Maligool, Chenchonnanee Soonthonsaratul, Suwimol Techasupinan, Wanruedee Pongsittisak
Cinematographer : Naruepol Chokanapitak
Release Date : March 20, 2014 (Thailand)
Distributor : GTH
Runtime : 110 min.
Genre : Romance
Tagline : I miss someone who have never met before
Language : Thai
Country : Thailand
Pemeran Teacher's Diary : Sukrit Wisetkaew (Song), Chermarn Boonyasak (Ann), Sukollawat Kanaros (Nui; cameo), Chutima Theepanarth (cameo), Wittawat Singlumpong (cameo).

Penghargaan yang diperoleh pada
"Film Festival"

2014 (19th) Busan International Film Festival - Oct. 2-11, 2014 - A Window on Asian Cinema *International Premiere
2014 (27th) Tokyo International Film Festival - October 23-31, 2014 - Crosscut Asia
2014 (34th) Hawaii International Film Festival - Oct. 30-Nov. 9, 2014 - Southeast Asian Showcase *U.S. Premiere

 

 

 

Gambar header diambil dari itsmesony.blogspot.com




Tag :


Arkana

Arkana a.k.a Laura Lidya Monica Putri adalah seorang kutu buku, Thai-Holic (penggemar Film Thailand), yang memiliki hobi menulis.

Profil Selengkapnya >>

Review Film Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Stigma dan Tradisi: Perempuan, Terlahir Sebagai Penghuni Neraka


Edwin Ruser dan KoreanUpdates - Menghidupkan Mimpi Lewat Passion


The Stolen Years - Yang Dicuri Waktu dari Cinta dan Kita


The Voices - Komedi Kelam tentang Suara-Suara di Kepala Kita


Nash - Ya Rabbana Anta Maulana


Bakso Hitam Chok Judes: Ada Lezat Di Balik Pekat


Burgerman - Burger Home-Made Khas Surabaya yang Selalu Bikin Ketagihan


Teluk Biru: Sambil Menyelam Tanam Terumbu


Literasi Agustus: GRI Regional Surabaya - Muda untuk Sastra


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Empat)


Balada Sebuah Perut


Aku dan Kau