Bakso Hitam Chok Judes: Ada Lezat Di Balik Pekat

23 May 2016    View : 14830    By : Nadia Sabila


bakso_hitam_surabayaBakso Hitam adalah salah satu 'terobosan' baru dalam dunia perbaksoan. Siapa sih yang tidak suka bakso? (Kalau tidak suka boleh diberikan ke saya). Seperti namanya, baksonya alias bulatan daging yang di Surabaya dikenal dengan sebutan "pentol", berwarna hitam. Entah apa yang saya cari di Instagram tempo hari, sampai saya nyasar ke foto semangkuk bakso ber-caption bakso hitam.

Seperti biasa, karena penasaran saya pun mencari tahu lokasi bakso tersebut. Girang rasanya karena ternyata Bakso Hitam berlokasi di wilayah Surabaya yang sangat dekat dengan kantor saya. Saya berencana menyambangi Bakso Hitam sepulang kerja, tapi ternyata, ada seseorang yang berkomentar bahwa bakso hitam tidak dia temukan di alamat yang tercantum. Admin Bakso Hitam pun menjawab bahwa warung baksonya sudah pindah ke Jl. Pandegiling No. 244.

Baiklaahh, demi menjawab rasa penasaran saya serta membuktikan rasa cinta kasih saya pada segala jenis bakso, pergi ke Pandegiling pun saya rela (padahal tidak jauh juga, hanya sekitar 20 menit berkendara motor dari domisili saya).

Baca juga: Ajibnya Bubur Kacang Hijau Ciliwung

 

 

Lokasi Bakso Hitam Surabaya

Masuk ke Jl. Pandegiling dari arah Urip Sumoharjo, saya terus berkendara ke barat. Agak sulit menemukan banner warung bertuliskan Bakso Hitam apalagi saat berkendara sendirian, karena ternyata, tempatnya terhimpit, terselip di tengah-tengah warung lain. Warung Bakso Hitam berada di sebelah kanan jalan jika Artebianz datang dari arah Urip Sumoharjo seperti saya. Sekitar 400-an meter dari pangkal Jalan Pandegiling.

Terus terang, lahan parkir Warung Bakso Hitam sangat terbatas. Warung Bakso Hitam tepat berada di pinggir jalan, di tengah jalan yang kecil sehingga untuk memarkir motor saja harus memakan bahu jalan. Beruntung, saat saya datang ke sana warung sedang sepi. Jadi motor saya sedikit leluasa memilih parkir.

bakso_hitam_surabaya
Di depan rombong bakso tertulis "Bakso Hitam dan Mie Ayam Keju". Sayangnya, mi ayam kejunya sedang kosong waktu saya ke sana, yang tersedia hanya bakso hitam. Tak apa, bakso hitam adalah tujuan utama kita. Saya berdiri di sebelah rombong untuk memilih jenis pentol yang saya inginkan.

BULLL! Uap hangat mengepul dari tutup kukusan bakso yang dibuka si Abang Bakso Hitam, menampilkan bulatan-bulatan hitam semacam batu kerikil ukuran sedang. Aroma kaldu sapi pun tercium dari uap bakso itu.

Bakso hitam punya 4 varian untuk isian pentol alias baksonya: bakso hitam original, bakso hitam isi keju, bakso hitam isi cabe, dan bakso hitam isi cokelat. Cokelat, keju, pedes, disingkat dengan "Cok Judes". Cok Judes, selain merupakan akronim dari isian bakso, juga punya makna sapaan yang sangat Surabaya.

Saya pilih mana? Tentu saja saya pilih semua.

Setelah dilengkapi dengan tahu dan 'printilan pelengkap bakso normal' macam mi kuning, kubis, dan taoge bakso hitam pun disiram dengan kuah kaldu yang segar. Taraa.... Ini dia! Bakso hitam Surabaya:

bakso_hitam_surabaya

Baca juga: Baegopa Malang - Ada Harga Ada Rasa



Bakso Hitam: "Bom" Cokelat, Keju, Pedes

bakso_hitam_surabayaKalau hitam biasa diidentikkan dengan manis, Bakso Hitam mematahkan pepatah itu dengan menjadikannya gurih. Kita mulai dengan yang original dulu. Sepintas, tekstur bakso hitam tak beda dengan pentol bakso pada umumnya: krenyes-krenyes. Namun, di indra pengecap saya, aroma sapi pada bakso hitam lebih tersamarkan dibandingkan dengan bakso-bakso normal.

Dan jika dikunyah dengan lebih cermat, Artebian akan merasakan after taste yang saya rasakan, yakni seperti sedikit perasaan masir di gigi setelah mengunyah satu bakso hitam. Rasa masir itu seperti rasa yang timbul jika Artebian memakan telur asin yang masir atau memakan jajan pasar seperti ongol-ongol. Tidak mengganggu rasa kok, tapi saya kira ini juga yang merupakan pembeda bakso hitam dengan bakso-bakso lainnya.

Kemudian kita lanjutkan dengan bakso hitam isi cabe. Rasa pentolnya sama dengan bakso hitam original, tapi bau pedas biji. Sebagai informasi, kuah bakso hitam saya sudah saya beri sambal, tetapi saat si bakso hitam isi cabe dibelah dan bercampur kuah, tingkat kepedasan di kuah saya tidak bertambah.

Baca juga: Cita-Cita Dirgantara

 

bakso_hitam_cabeBakso Hitam isi cabe

Lanjut dengan bakso hitam isi keju. Nah, ini yang saya rasa paling pas rasa dan warnanya. Potongan dadu keju di dalam baksonya agak lumer saat bakso dibelah. Rasa keju berpadu dengan pentol hitam saya rasa adalah rasa yang paling match, karena menguatkan rasa sapi yang sebelumnya tersamar oleh bahan bakso hitam.

bakso_hitam_kejuBakso Hitam isi keju

Ditutup kemudian dengan bakso hitam isi cokelat. Mmm, ini sedikit janggal di lidah saya. Cokelatnya kental dan memang tidak manis, tetapi aroma cokelat menurut saya kurang cocok untuk campuran pentol bakso. Meski tetap habis saya makan, bakso hitam isi cokelat menurut saya kurang pas. Mungkin hanya sebagai menu inovatif saja saya rasa.

Untuk tahu dan printilan lainnya, menurut saya tak ada bedanya dengan bakso-bakso pada umumnya. Secara garis besar, bisa dikatakan keunggulan bakso hitam lebih terletak ke sensasi dan inovasi. Untuk rasa, bakso hitam saya nilai aman.

Bukan tidak enak, tapi juga tidak terlalu enak. Baik saya atau Artebian, mungkin akan punya pengalaman dengan bakso yang rasanya lebih memorable. Tapi sensasi inilah yang berpotensi menjadi alasan bagi orang untuk kembali datang membeli bakso hitam karena tidak ditemukan di bakso lainnya.

O ya, warna hitamnya terbuat dari apa sih? Warna Bakso Hitam terbuat dari arang bambu Jepang yang disebut dengan charcoal. Ternyata charcoal ini ada gunanya lho, Artebianz! Yakni berfungsi juga sebagai detoks bagi sistem pencernaan manusia.

 

 

Bakso Hitam Dan Masa Lalu Yang Kelam

Usut punya usut, ada masa lalu yang kelam di balik kesuksesan sang pengusaha bakso hitam. Pemilik bakso hitam bernama Sigit Prihanto. Pak Sigit Prihanto pernah aktif di pelatihan Pahlawan Ekonomi Surabaya dan masih aktif dalam berbagai seminar UKM hingga saat ini. Namun, sebelum berkecimpung di dunia bisnis bakso, Pak Sigit ternyata pernah terjerat narkotika dan obat-obatan terlarang, tepatnya saat ia masih SMP di tahun 1994.

sigit_prihanto_bakso_hitam
Menurut situs pahlawanekonomi.com, Pak Sigit terjerat narkoba karena salah pergaulan dengan anak-anak jalanan. Pak Sigit terus dicekoki obat-obatan terlarang gratis sampai akhirnya ia kecanduan dan terjerumus betul sebagai pemakai. Beruntung, Pak Sigit masih mempunyai kesadaran untuk keluar dari dunia obat-obatan terlarang dan merehabilitasi diri. Namun ia malu dengan orangtuanya dan akhirnya pergi merantau dari Sulawesi hingga ke Malaysia.

Dari perantauannya itulah, Pak Sigit belajar berdagang dengan halal dari jualan martabak hingga berjualan bakso. Karena tak kuat menahan rindu, ia pun kembali ke Indonesia. Di Surabaya, Pak Sigit pun menekuni usaha baksonya di Lidah Wetan (alamat sebelumnya yang dekat dengan kantor saya) dan mengembangkannya menjadi Bakso Hitam Chok Judes, yang mulai kekinian sekarang dan pindah ke Jalan Pandegiling 244, Surabaya dan mulai membuka cabang di Sidoarjo.

Baca juga: Happy - Mocca Band (Dinyanyikan Ulang Oleh Aldin)

 


Tag :


Nadia Sabila

Nadia Sabila adalah seorang jurnalis yang menggandrungi travelling dan makanan pedas.

Profil Selengkapnya >>

Makan Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Malaikat Tak Bersayap


Figur: Lia Indra Andriana - Dari Seorang Calon Dokter Gigi Menjadi Salah Satu Penerbit Berpengaruh


Lucio - Menemukan Rahasia Gelap Baja Alatas dan Dewi Swis


Teacher's Diary (Khid Thueng Withaya) (2014): Penghargaan Guru di Thailand


Anti-Hero - Menjadi Pahlawan dengan Tidak Menjadi Pahlawan


Depot Gresik


Oost Koffie & Thee - Rumah Kopi dan Teh yang Menawarkan Lebih Dari Kenyamanan


Penelusuran dan Napak Tilas Reruntuhan Situs Candi Pendharmaan Ken Angrok di Kabupaten Malang (Bagian 1)


Nasib Literasi di Era Digitalisasi


My Toilet Prince - Pintu Pertama


Interaksi di Galaksi


Kesenyapan Memeluk di Kesendirian