Jangan Pelit

10 Jan 2018    View : 4972    By : Ari Vidianto


Malam ini Ajeng pergi menghadiri acara ulang tahun temannya yang bernama Linda.

Ajeng pun telah sampai di rumah Linda. Baju yang ia kenakan cukup bagus, baju sederhana berwarna merah jambu. Tak ketinggalan kado sederhana yang akan ia berikan untuk Linda. Terlihat telah banyak teman-teman sekelasnya yang telah datang. Linda terlihat begitu cantik. Bajunya bermotif bunga-bunga, rambutnya yang panjang dihiasi bando berkerlap-kerlip. Maklumlah, Linda anak orang kaya, sehingga ulang tahunnya juga mewah. Ajeng memandangi seisi ruangan. Ada hiasan balon dan pita yang panjang berwarna-warni di pojok dinding-dinding. Satu hal lagi yang membuat Ajeng ingin mencicipinya yaitu kue ulang tahun yang cukup besar. Penuh coklat dan bertaburan buah-buahan. Kue itu menarik pandangan semua anak yang hadir.

“Kamu sudah tidak sabar ya pengin makan?” celetuk Tio tiba-tiba yang membuat Ajeng terkejut.

“Ih, Tio kamu kepo banget, sih!” jawab Ajeng sambil berlalu, menghindari Tio. Dia segera bergabung dengan teman-teman yang lain.

“Lin,ayo dimulai acaranya,” kata Mama Linda.

“Ya,Ma!” jawab Linda.

“Ayo teman-teman kita mulai,” kata Linda.

“Horeee!

"Asyiikk!”

Seru semua teman Linda.

“Asyiik…sebentar lagi makan kue,” gumam Ajeng dengan senyum merekah.

Akhirnya acara pun dimulai. Lalu, semuanya menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Linda, dilanjut acara meniup lilin. Satu per satu anak memberikan kado untuk Linda, termasuk Ajeng.

“Lin, selamat ulang tahun, ya?” ucap Ajeng sambil menyerahkan kado.

“Terima kasih ya, Jeng,” jawab Linda.

“Sama-sama, Lin,” kata Ajeng sambil menjabat erat tangan Linda.

Setelah itu, acara makan-makan pun dimulai. Inilah acara yang ditunggu-tunggu Ajeng. Ia segera mengambil makanan sesuka hatinya. Ada kue, cokelat, permen, minuman aneka rasa, dan lain-lain.

Tidak hanya Ajeng, teman-teman yang lain pun sama, mereka mengambil makanan dan minuman sesuka hatinya.

***

Tak terasa malam telah larut. Ajeng dan teman-teman yang lain meminta izin pulang. Linda beserta kedua orang tuanya pun mengucapkan terima kasih. Tidak lupa, sebelum pulang mereka memberikan bungkusan untuk dibawa pulang oleh teman-teman Linda. Kedua orang tua Linda memang sangat baik hati dan suka memberi. Akhirnya, semua anak pulang ke rumah masing-masing.

***

Sesampainya di rumah, Ajeng langsung merebahkan tubuhnya di sofa. Ia pun bersantai sejenak sambil menonton televisi. Bungkusan dari Linda, ia letakkan di atas meja. Perut Ajeng kekenyangan karena ia makan terlalu banyak di rumah Linda.

KRIEET!

Terdengar pintu kamar di buka.

“Kamu sudah pulang, Jeng?” tanya Agung, kakak Ajeng.

“Iya nih, Kak,” jawab Ajeng singkat. “Papa dan Mama mana Kak?”

“Papa dan Mama lagi kondangan, Jeng,” balas Agung.

“Wah, kamu bawa apa tuh?” Agung membuka sebuah bungkusan. Ternyata nasi kuning dengan lauk telur goreng, mie, dan kacang goreng. “Ini buat kakak ya?” pinta Agung.

“Eh, nggak boleh. Ini punyaku!” sahut Ajeng sambil merebut nasi kuning di tangan kakaknya.

“Huh,dasar pelit!” Agung merasa kesal.

“Biarin!” jawab Ajeng cuek.

“Kakak mau beli mi ayam saja di luar,” Agung berkata sambil keluar rumah.

Ajeng hanya terdiam tak menjawab apa-apa. Ia pun bergegas memakan nasi kuning tersebut. Tetapi baru beberapa suap, ia menghentikan makannya. Tadi di rumah Linda dia sudah makan banyak, perutnya sudah sangat kekenyangan. Ia lalu bergegas ke kamarnya. Nasi kuning yang masih tersisa ia taruh di meja. Ajeng kemudian terlelap tidur.

***

“Jeng, bangun. Sudah pagi,” kata Mama sambil menggoyang-goyang tubuh Ajeng.

“Iya, Ma.”

“Lho,kok ini ada nasi kuning yang masih tersisa?” tanya Mama.

“Iya itu Ma. Tadi malam nasi kuningnya aku minta, tapi nggak dikasih. Ajeng memang pelit,” kata Agung yang tiba-tiba sudah ada di depan kamar Ajeng.

Ajeng hanya cengengesan.

“Jeng, jadi anak jangan pelit. Kamu kan sudah makan banyak di ulang tahun Linda. Harusnya kamu berbagi dengan kakakmu. Makanan ini kan jadi mubazir,” nasihat Mama panjang lebar.

“Iya Ma, Ajeng janji tidak akan pelit lagi,” sesal Ajeng. “Maafin aku ya, kak?”

“Ya, Jeng!"


Tag :


Ari Vidianto

Ari Vidianto adalah seorang guru sekali penulis yang telah menelurkan beberapa buku.

Profil Selengkapnya >>

Cerpen Lainnya

Tulis Komentar
comments powered by Disqus





KATEGORI :




ARTIKEL PILIHAN :




Cinderella dan Wanita Masa Kini: Sebuah Dekonstruksi Dongeng


Vampire Flower 1


Pantai Pasir Putih Situbondo (Kawah Ijen Part 1)


Hormones The Series Season 1: Realita Remaja Saat Ini (Part 1)


Widyoseno Estitoyo: Pebisnis Muda, Aktivis Sosial, Dan Pekerja Seni


De Oak Cafe Resto Surabaya


Lembah Rolak


Kisah Tentang Himawari


Keep Being You - Isyana Sarasvati


POPCON Asia Surabaya: City of Superheroes


Sunyi yang Tak Dicari


Sebuah Wajah, Sebuah Rasa (Bagian Ketiga)